Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transaksi Anjlok 70 Persen akibat Pandemi, Ini yang Dilakukan Produsen Bumbu Masakan Ini

Kompas.com - 30/04/2020, 03:39 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sektor yang paling terimbas akibat pandemi Covid-19.

CEO Serasa Food Yuszak M Yahya mengatakan,  omzet bisnisnya di bidang rempah-rempah yang menjual berbagai jenis bumbu masakan menurun hingga 70 persen.

Hal itu dikarenakan banyak konsumennya yang berasal dari usaha restoran tutup terimbas dampak pandemi virus corona ini.

"Para customer kami yang rata-rata memiliki usaha di bidang restoran pada tutup, alhasil dampaknya ke perusahaan kami mengalami penurunan transaksi sebesar 70 persen," ujarnya dalam virtual conference, Rabu (29/4/2020).

Baca juga: Simak, Tips Jaga Arus Keuangan UMKM di Tengah Virus Corona

Yuszak mengaku sempat stres karena omzet perusahaannya anjlok begitu dalam. Belum lagi memikirkan cara mendapatkan bahan baku yang masih dibeli di pasar tradisional dan pembayarannya tidak boleh utang, harus sudah memikirkan nasib para karyawannya yang notabene warga yang tinggal di lingkungan sekitar perusahaan.

"Saya masih usaha kecil, bahan baku masih beli di pasar tradisional, nah mereka maunya dibayar secara cash enggak boleh utang, pemasukan sedikit belum lagi memikirkan gaji karyawan," katanya.

Bahkan Yuszak mengakui sempat terpikir untuk melakukan putus hubungan kerja (PHK) ke para karyawannya. Namun dikarenakan di perusahaanya para karyawan dan atasan memiliki rasa emosional yang sangat tinggi sehingga ia tidak rela melakukan PHK.

Akhirnya setelah mencoba berpikir dan memutar otak, Yuszak mencoba membuat perencanaan atau planning  untuk keberlangsungan perusahaannya yang telah dirintisnya sejak 2015 itu.

Planning pertama yang dilakukan Yushzak adalah melakukan Rolling Sales Forecast atau perkiraan penjualan bergulir.

Ia mengatakan, usaha yang dia miliki sejauh ini memang memiliki dua pilar usaha yakni ritel dan business to business (B2B).

Menurut dia, selama ini B2B menjadi penopang usaha Serasa, sedangkan ritel belum terlalu bagus. Namun di tengah pandemi ini, pihaknya terpaksa berubah haluan menjadi lebih fokus ke ritel.

"Suka nggak suka kami harus ubah strateginya. Kami fokus ke ritel, kami kumpulkan produk apa yang kira-kira masih laku dan kami jual," ucap dia.

Baca juga: Sri Mulyani Beri Keringanan Kredit untuk UMKM, Begini Rinciannya

Kemudian langkah kedua adalah dari sisi Cost.  Yushzak mengatakan, manajemen berembuk mencari jalan secara kekeluargaan hingga tercapai hasil.  Karyawan tidak dipecat namun dan gaji dipangkas.

"Jadi kami enggak asal main potong gaji, gaji dipotong otomatis jam kerja juga kami kurangi misalnya ada yang sistem kerja dari rumah atau sistem kerja seminggu masuk dan seminggu libur," kata dia.

Ketiga untuk meningkatkan penjualan, Yushzak mengajak para konsumennya menjadi reseller produknya. Dia tidak segan-segan memberikan bonus kepada para reseller-nya.

Selain itu penjualan yang biasanya dilakukan tim marketing, dia pun mendorong semua karyawannya untuk melakukannya penjualan.

Yushzak menegaskan di situasi seperti ini para pelaku UMKM harus mampu mencari berbagai trik agar tetap bisa berdiri dan bertahan di krisis pandemi yang sampai sekarang tidak tahu kapan selesainya.

"Menurut saya ini situasi yang nggak boleh mati akal, kita pelaku UKM harus bisa mencari berbagai trik, out of the box pun kita lakukan agar tetap bisa bertahan di masa pandemi ini," pungkasnya.

Baca juga: Simak, Tips Jaga Arus Keuangan UMKM di Tengah Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com