Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PMI Indonesia Terendah Sejak 2011, BI Diprediksi Turunkan Suku Bunga Bulan Ini

Kompas.com - 05/05/2020, 09:09 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Purchasing Manager Index (PMI) alias indeks yang menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia tercatat menunjukkan penurunan paling tajam di Asia.

Pada April 2020, PMI tercatat menjadi 27,5 dari 45,3 pada Maret 2020. Capaian itu merupakan yang terendah dalam sejarah sejak data PMI pertama kali dikompilasi 9 tahun lalu.

PMI Indonesia yang sebesar 27,5 lebih rendah dibanding negara Asia lain, seperti Korea Selatan (41,6), Taiwan (42,2), Vietnam (32,7), Malaysia (31,3), dan Filipina (31,6).

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan, penurunan tajam dalam PMI Indonesia salah satunya bisa disebabkan oleh depresiasi rupiah. Pada kuartal I 2020, rupiah telah terdepresiasi 17,6 persen. Angka itu merupakan yang terburuk di Asia.

"Analisis sensitivitas kami menunjukkan dampak signifikan dari depresiasi mata uang terhadap sektor manufaktur Indonesia karena tingginya impor barang setengah jadi," ucap Satria dalam laporannya, Selasa (5/5/2020).

Baca juga: Mulai Mei 2020, BNI Turunkan Bunga Kartu Kredit Jadi 2 Persen

Data PMI terbaru menunjukkan depresiasi FX telah mendorong biaya input untuk bahan makanan, kain, logam tidak mulia, bahan kimia dan produk kertas.

Satria menyebut, BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga sebagai respons dari perlambatan ekspor manufaktur. Namun, ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga secara drastis antara 50-70 bps dalam satu waktu mungkin terbatas.

"Pandangan kami di sini, BI hanya dapat memangkas suku bunga dengan suku bunga 25-bps bulan ini, sebagai respons terhadap perlambatan manufaktur," sebutnya.

Selain depresiasi rupiah, kata Satria, perusahaan memang tengah menghadapi penurunan penjualan baik dari dalam maupun secara global dari sisi permintaan.

Industri melaporkan adanya peningkatan kapasitas berlebih dan penurunan produksi. Ada juga laporan pengurangan lapangan kerja yang dapat menekan prospek permintaan.

"Sementara dari sisi penawaran, perusahaan melaporkan kekurangan bahan, adanya pembatasan transportasi, dan meningkatnya waktu pengiriman yang akhirnya mendorong beban biaya mereka," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian RI akan lebih parah jika dibanding dengan krisis 2008. Ditambah lagi, tidak ada yang bisa memprediksi hingga kapan pandemi ini akan berakhir.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, PMI Indonesia yang menjadi salah satu indikator perekonomian telah menunjukkan perekonomian Indonesia saat ini berada dalam kondisi sangat tertekan.

Tercatat, Purchasing Manager Index ( PMI) Indonesia tertekan cukup dalam, yaitu menjadi 27,5 di April 2020, yang terendah dalam sejarah.

Selain itu, menurut catatan Sri Mulyani, angka PMI manufaktur yang terkontraksi cukup dalam itu juga yang terendah jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN.

"Saya baru dapat angka PMI Indonesia di 27, paling dalam dibanding dengan negara ASEAN dan juga terhadap Jepang dan Korea Selatan," ujar Sri Mulyani ketika melakukan rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (4/5/2020).

Baca juga: Mulai Besok, Pegadaian Bebaskan Bunga Gadai Selama 3 Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com