Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Melonjak 20 Persen, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 06/05/2020, 06:03 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia ditutup menguat pada perdagangan Selasa (5/5/2020). Permintaan minyak berangsur meningkat, seiring dengan dilonggarkannya kebijakan lockdown oleh beberapa negara.

Dikutip dari MarketWatch, Rabu (6/5/2020), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Juni, ditutup menguat 4,17 dollar AS atau 20,5 persen, ke level 24,56 dollar AS per barel.

Hal serupa juga dialami minyak mentah jenis Brent pengiriman Juni, menguat 3,77 dollar AS atau 13,9 persen, ke level 30,97 dollar AS per barel.

Baca juga: Trending #LuhutBaperParah, Kuasa Hukum Sebut Netizen Tak Rasakan Posisi Luhut

Keputusan beberapa negara untuk melonggarkan lockdown dinilai sebagai sentimen utama pendongkrak harga minyak mentah dunia.

Pasalnya, selain berpotensi meningkatkan permintaan terhadap minyak, kebijakan tersebut juga menjadi sinyal positif terhadap para pelaku pasar yang beberapa waktu kebelakang terus dibayang-bayangi kekhawatiran pandemi Covid-19.

"Kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan minyak semakin berkurang," ujar Analis Market Senior Oanda, Edward Moya, dikutip dari MarketWatch, Rabu.

Sementara itu dari sisi pasokan, kebijakan pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari yang dilakukan Organisasi Negara Pengekspor Minyak bersama mitra (OPEC+) sejak 1 Mei 2020 juga dinilai efektif mengkerek harga minyak mentah dunia.

Baca juga: BPK: Penyaluran BPNT Boroskan Anggaran Negara Sebesar Rp 233,04 Miliar

"Seiring dengan berjalan kembalinya ekonomi, minyak mentah mulai berada dalam situasi yang berpotensi adanya perbaikan permintaan dan diiringi penurunan suplai," ujar Chief Market Stategisr SIA Wealth Management, Colin Cieszynski.

Penurunan produksi juga dilakukan oleh Amerika Serikat. Hal ini terefleksikan dengan tambahan pasokan pengiriman minyak mentah WTI terendah selama sepekan sejak pertengahan Maret 2020, yakni sebesar 1,8 juta barel.

"Permasalahan yang ada selama ini tidak langsung hilang, keterbatasan penyimpanan tetap ada. Tapi, dalam beberapa pekan ke depan kita akan melihat perkembangan harga minyak, seiring semakin ketatnya pasar," ucap Kepala Analis Rystad Energy, Magnus Nysveen.

Baca juga: Segera Cair, Ini Besaran THR PNS di Lebaran Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com