Program ini bertujuan untuk mendorong geliat sektor swasta dan mendiversifikasi ekonomi Arab Saudi, tak hanya mengandalkan minyak.
Meski menghadapi ketidakpastian yang besar, Arab Saudi berada dalam posisi yang relatif baik untuk menangani krisis. Sebab, negara ini memiliki bantalan yang cukup besar yang telah dibangun dalam dua dekade terakhir.
Ini termasuk cadangan devisa yang cukup besar pula, yakni 473 miliar dollar AS pada Maret 2020. Angka ini tertinggi di antara negara-negara di kawasan Timur Tengah.
Baca juga: Perangi Corona, Arab Saudi Tutup Mal dan Restoran
Selain itu, rasio utang Arab Saudi juga rendah jika dilihat dari standar global. Negara itu pun memiliki akses yang mudah ke pasar keuangan terkait utang, terlihat dari penerbitan obligasi yang berkali-kali kelebihan permintaan alias oversubscribed.
"Meski outlook-nya menantang, Arab Saudi memiliki kekuatan neraca yang signifikan, yang dapat memastikan defisit fiskal dibiayai dengan baik dan program investasi berjalan tetap di jalurnya," ujar Ehsan Khoman, kepala riset dan strategi Timur Tengah dan Afrika Utara di MUFG.
Namun demikian, imbuh Khoman, ada harga yang harus dibayar dari stabilitas tersebut. Utang pemerintah Arab Saudi diprediksi naik menjadi 31,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun ini.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2005. Selain itu, cadangan devisa pun diprediksi turun 47 miliar dollar AS, namun tetap kuat dengan indikator setara tiga tahun impor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.