Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Kuartal I Tertekan, Pemerintah Bersiap Masuk Skenario Sangat Berat

Kompas.com - 06/05/2020, 20:05 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah membuka kemungkinan terealisasinya skenario sangat berat bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di akhir tahun.

Hal tersebut tercermin dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang hanya mencapai 2,97 persen.

Sebelumnya, pemerintah masih optimistis perekonomian kuartal I bisa tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 4,7 persen, dan baru akan mengalami tekanan cukup dalam di kuartal II 2020.

Baca juga: BPS: Ekonomi RI Tumbuh 2,97 Persen di Kuartal I

Dengan demikian, hingga akhir tahun perekonomian diproyeksi tumbuh 2,3 persen.

Namun demikian, dengan melihat kinerja perekonomian terakhir, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah tengah mengantisipasi skenario sangat berat, yaitu perekonomian tumbuh minus 0,4 persen bila di kuartal III dan IV 2020 tak terjadi perbaikan.

"Sehingga kemungkinan masuk skenario sangat berat mungkin terjadi dari 2,3 persen menjadi minus 0,4 persen," ujar Sri Mulyani ketika memberikan paparan dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI secara virtual, Rabu (6/5/2020).

"Kalau kuartal III dan IV tidak mampu recover atau pandemi menimbulkan dampak lebih panjang di kuartal II dan IV, dan PSBB belum ada pengurangan, kalau itu dilakukan kita masuki skenario sangat berat," jelas Sri Mulyani.

Bendahara Negara itu pun menjelaskan konsumsi rumah tangga sebagai pendorong utama perekonomian juga merosot menjadi hanya 2,84 persen secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal I 2020.

Baca juga: BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 di Bawah 2,3 Persen

Dia pun menjelaskan jika bercermin dari data tahun lalu, konsumsi rumah tangga ini senilai Rp 9.000 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dan 55 persennya atau lebih dari Rp 5.000 triliun berada di Pulau Jawa.

"Kalau dari Rp 9.000 triliun, Rp 5.000 triliun di Jawa dan mereka mengalami kontraksi, maka kalau pun ada bansos Rp 110 triliun tidak bisa subtitusi penurunan konsumsi dari Rp 5.000 triliun tersebut," kata Sri Mulyani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com