Inti surat itu adalah agar kedua pucuk pimpinan tersebut memerintahkan anak buahnya berdonasi darah.
Tujuan utamanya adalah mengajak keterlibatan semua pihak membantu pemerintah.
"Itu (perintah) itu sudah trickle down ke bawah," tuturnya.
Berdasarkan perintah itulah kesatuan-kesatuan dari tentara dan polisi bergerak seluruhnya, melakukan donasi darah.
Sudirman Said mengaku memahami betul pentingnya menjaga stok darah bagi masyarakat.
Maka dari itulah, selain mengharapkan bantuan dari aparat keamanan dan ketertiban, pihaknya bergerak cepat menjangkau komunitas-komunitas masyarakat lainnya, termasuk komunitas usaha.
"Di daerah misalnya, kami menjemput bola, menjangkau komunitas-komunitas," tutur Sudirman yang kembali aktif menjadi dosen di almamaternya saat ini.
Lebih lanjut, Sudirman membeberkan data mengenai kebutuhan darah di Indonesia.
Idealnya, jumlah pasokan darah di suatu negara besarnya dalam setahun adalah dua persen dari jumlah penduduk.
"Taruhlah, jumlah penduduk Indonesia 250 juta. Kebutuhan darah sekitar 5 juta kantong," tutur pria berkacamata ini.
Pada masa-masa krisis seperti ini, PMI sempat kekurangan 50 persen dari total ketersediaan darah.
Namun begitu, berkat gerakan yang masif dari berbagai lapisan masyarakat, angka itu bisa diperkecil hingga 20 hingga 30 persen dari total ketersediaan dimaksud.
Sementara, Sudirman menambahkan, dalam lingkup Jakarta, setiap harinya ada kebutuhan 1.000 kantong darah.
Lebih lanjut, aku Sudirman, pihaknya tetap melakukan edukasi bahwa berdonasi darah selama pandemi Covid-19 tetap aman.
"Kami mengedukasi masyarakat bahwa saat mengantre, ada jarak (fisik) tertentu yang diterapkan untuk para pendonor," ucapnya.