Lagi-lagi, Ainun ingin berpesan bahwa kondisi yang mengharuskan masyarakat di rumah aja, tak berarti membatasi kreativitas.
“Ternyata bisa looooo…bikin film dalam kondisi di rumah aja, gak perlu melanggar PSBB dan hasilnya liat aja sendiri. Keren!,” sambungnya.
Sebelumnya, tambah dia, tak akan terbayang kalau kreativitas dapat dilakukan secara maksimal di tengah pandemi.
“Sesungguhlah inilah yang disebut kreativitas, bisa menghasilkan karya dalam kondisi serba terbatas dengan hasil yang bagus,” paparnya.
Ajakan juga tantangan jadi pesan tersirat dari tulisan Ainun.
“Kalau pekerja kreatif yang bikin film Grab ini bisa mengerjakan semua di rumah, kita pun sebenarnya bisa,” terangnya.
Bahasan soal ini—kreativitas dalam situasi terbatas, selain dari unggahan tulisan, sebetulnya sudah dilakukan Ainun dengan beda platform.
Ia sempat pula membuat talkshow online memakai fitur Instagram Live bersama dengan Glenn Marsalim, pemilik usaha MGKYM.
Obrolan itu dibuat santai dengan topik “Mau Nunggu Sampai Kapan?”
Hal yang dimaksud adalah mencakup kreativitas tadi. Topik mengerucut pada bagaimana menghadapi pandemi, terutama buat yang punya usaha kecil.
Cerita mengenai ini juga sedikit diulas oleh Ainun dalam blog. Mengutip kata Glenn, ia memberi seruan.
“Menunggu itu membosankan dan memulai itu membahagiakan,” kutipnya.
“Jadi milih menunggu pandemi ini kelar atau mulai dari sekarang (berkreativitas),” lanjutnya.
Seperti kata Glenn, lagi Ainun mengutip. Saat ini, sebaiknya masyarakat jalani saja layaknya kehidupan normal. Tak perlu menunggu pandemi selesai yang enggak tahu kapan berakhirnya.
“Lakukan semua aktivitas dan rencana seperti biasa. Sesuaikan dengan kondisi yang ada. Ubah strategi supaya kita tetap survive dan bisa cuan. Amati perubahan yang terjadi, termasuk pola konsumsi saat ini,” pesannya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.