JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai, pademi virus corona (Covid-19) yang mematikan sebagian aktivitas memberikan tekanan yang sangat berat bagi perekonomian.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pandemi yang masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda memukul dua sisi aktivitas perekonomian sekaligus, yaitu dari sisi supply chain melalui aktivitas ekspor impor, dan juga dari sisi produksi baik di aktivitas perdagangan, manufaktur hingga logistik.
"Dengan gangguan di sisi demand dan supply, maka ini menyebabkan suatu potensi gangguan ke ekonomi dan potensi gangguan sistem keuangan," ujar Sri Mulyani ketika memberikan keterangan melalui video conference, Senin (11/5/2020).
Baca juga: Saling Tumpang Tindih, Ini Macam-macam Bansos di Era Jokowi
Dampak dari penurunan aktivitas perekonomian tersebut pun terlihat dari data-data perekonomian di dalam negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengeluarkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I yang tumbuh sebesar 2,97 persen. Angka ini cukup tergerus secara signifikan dari perkiraan pertumbuhan pada APBN 2020. Salah satu penyebabnya karena penurunan signifikan PMI Manufaktur April 2020 ke level terendah.
Sementara itu, terjadi inflasi sebesar 0,84 persen pada Maret 2020 yang didorong inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Menurut Sri Mulyani, pada kondisi normal, angka inflasi tersebut cukup bagus. Namun, angka ini juga harus diwaspadai, karena dapat berarti ada penurunan permintaan akibat adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Baca juga: Deretan Kontroversi Luhut Selama Corona, Ribut TKA China hingga Mudik
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.