CHICAGO, KOMPAS.com - Harga emas kembali turun pada akhir perdagangan Senin (11/5/2020) waktu setmpat (Selasa pagi WIB).
Logam mulia tertekan karena investor memilih membeli dollar AS sebagai aset safe haven ketika mereka mengkhawatirkan gelombang kedua infeksi virus corona.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi COMEX New York Mercantile Exchange jatuh 15,9 dollar AS atau 0,93 persen, ditutup pada 1.698 dollar AS per ounce.
Pada Jumat (8/5/2020), emas berjangka terpangkas 11,9 dollar AS menjadi 1.713,90 dollar AS setelah sehari sebelumnya melonjak 37,3 dollar AS atau 2,21 persen menjadi 1.725,80 dollar.
"Kami melihat permintaan jangka pendek untuk dollar AS sangat kuat," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Baca juga: Tak Berubah, Berikut Harga Emas Antam Hari Ini
Dia mengatakan, emas juga terperangkap di antara prospek inflasi moneter besar-besaran, yang seharusnya mendukung harga, dan tekanan deflasi dari data ekonomi yang lemah.
"Tetapi dalam jangka panjang, lingkungan makro ini seharusnya benar-benar mendorong dollar yang lebih rendah dan itu adalah bagian dari kisah positif emas," tambah Ghali.
Greenback (sebutan untuk mata uang Amerika Serikat ini) menguat di tengah peringatan gelombang kedua infeksi Covid-19 ketika penguncian atau lockdown global diperlonggar. Dollar AS dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman untuk menyaingi emas di masa ketidakpastian ekonomi dan politik.
Jerman melaporkan bahwa infeksi baru semakin cepat setelah langkah awal untuk melonggarkan pengunciannya, memicu tanda bahaya global bahkan ketika bisnis dibuka dari Paris hingga Shanghai. Korea Selatan juga melihat infeksi melambung.
Namun, para pelaku pasar mengatakan, lintasan emas akan menjadi positif dalam jangka panjang karena logam cenderung mendapatkan keuntungan dari langkah-langkah stimulus luas dari bank-bank sentral yang secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.
Baca juga: Berniat Investasi Emas? Coba Cermati Stabilitas Harganya