KOMPAS.com – Hasil prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, ke depannya tidak akan terjadi kemarau ekstrem (el nino). Hal tersebut sedikit melegakan kelangsungan produksi pangan.
Meski begitu, perubahan iklim dalam sektor pertanian harus tetap diantisipasi. Sebab, dapat menyebabkan pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan.
“Terutama pada Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Selasa (12/5/2020), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Senada dengan Syahrul, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy juga mengatakan hal serupa.
Baca juga: Antisipasi Kemarau 2020, Kementan Siapkan Embung untuk Lahan Pertanian
“Bila tidak disikapi dengan bijak, perubahan iklim akan berdampak pada kondisi ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, Kementan mengambil langkah-langkah antisipasi,” kata Sarwo.
Langkah yang dimasud Sarwo adalah mendukung pembuatan embung pertanian oleh Kelompok Tani (Poktan) sebagai upaya menghadapi perubahan iklim.
“Antisipasi yang bisa dilakukan adalah membuat embung. Pasalnya dengan embung pertanian, kebutuhan air di tingkat usaha tani dapat diatur,” kata Sarwo.
Salah satu daerah yang telah membangun embung pertanian adalah Kecamatan Palipi dan Kecamatan Harian di Kabupaten Samosir.
Baca juga: Antisipasi Musim Kemarau, Kementan Galakkan Program Pembangunan Dam Parit
Embung pertanian di Desa Hutan Dame, Kecamatan Palipi dibangun oleh Poktan Madurna.
Berukuran 32 x 13 meter, embung tersebut bermanfaat untuk menjaga produktivitas tanaman pangan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.