Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Cegah Krisis Pangan, Mentan Imbau Petani Lakukan Percepatan Tanam dengan Alsintan

Kompas.com - 18/05/2020, 06:50 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengimbau insan pertanian untuk tetap bekerja selama pandemi Covid-19, khususnya untuk mencegah terjadinya krisis pangan.

“Walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19, don’t stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh kekurangan pangan,” ungkapnya.

Bahkan, menteri yang akrab disapa SYL ini juga mengajak petani untuk melakukan percepatan tanam.

“Setelah panen segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan,” ujarnya seperti keterangan tertuils yang diterima Kompas.com, Minggu (17/5/2020).

Selain itu, dia berharap penggunaan teknologi seperti alat mesin pertanian (alsintan) mampu meningkatkan produksi padi pada tahun-tahun mendatang.

Baca juga: Mentan Optimis Mampu Jaga Ketersediaan Pangan di Tengah Pandemi

“Dengan teknologi, saya berharap tidak mendengar adanya penurunan produksi. Gunakanlah alat canggih yang ada supaya kita bisa ekspor. Kita harus serius dalam mengurus pertanian ini,” tuturnya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy menambahkan, akses pada teknologi pertanian dapat dilakukan lewat Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA).

Selain UPJA, petani juga bisa melakukan sewa pinjam alsintan yang dikelola Brigade Alsintan dan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di daerah masing-masing.

“Dengan menggunakan alsintan, petani akan lebih hemat dan lebih cepat dalam proses menanam juga panen,” terang Sarwo.

Keuntungan lainnya, sambungnya, penggunaan alsintan dapat mengurangi penyusutan hasil panen (losses) sebesar 10 persen dan meningkatkan nilai tambah.

Baca juga: Mentan Minta Jajarannya Cegah Terjadinya Kelangkaan Bahan Pangan

Bahkan, penanaman padi yang dulunya hanya satu kali setahun, kini bisa tiga kali karena proses pengolahan dan panen yang cepat.

“Produksi yang dicapai petani lebih tinggi, pendapatan petani pun ikut naik,” jelas Sarwo.

Sarwo juga menyebut, alsintan yang dikelola UPJA di sejumlah daerah sudah banyak yang berhasil. UPJA terbukti bisa memberikan nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.

"Ada salah satu UPJA yang mengelola alsintan kurun dua bulan bisa mendapatkan hasil dari sewa alsintan ke petani hingga Rp 46 juta," tukasnya.

Keberhasilan penggunaan alsintan

Salah seorang petani di Kabupaten Maos, Cilacap, Supendi mengatakan, dengan menggunakan alsintan, pekerjaannya jauh lebih efektif dan hemat biaya.

Baca juga: Targetkan Swasembada Pangan, Kementan Salurkan 447.047 Unit Alsintan

Menurutnya, penggunaan alsintan sangat membantu petani karena pekerjaan jauh lebih cepat dan hasil yang didapat pun meningkat.

“Awal pertama kenal alsintan itu jelas traktor. Awalnya bingung cara kerjanya gimana, ditambah harus beli solar,” katanya, Minggu (17/5/2020).

Walau begitu, dia menyebut, setelah mencoba ternyata pengoperasiannya mudah.

“Dengan waktu yang cepat serta irit tenaga kerja, pembelian solar pun jadi tidak terasa. Saya hitung-hitung, jauh lebih murah,” ungkap Supendi.

Hal serupa juga dia temui dengan alat perontok padi. Awalnya petani masih menggunakan sebilah papan seperti papan gilasan untuk mencuci baju, lalu padinya dirontokkan dengan cara digebot.

Baca juga: PDB Pertanian Naik di Triwulan I, Kementan Prediksi Kenaikan Berlanjut Hingga 2021

Penggunaan alat tradisional ini dinilai lebih memakan tenaga dan banyak kehilangan hasil.

“Tentu lebih efisien alat perontok padi. Kita tidak membutuhkan tenaga ekstra untuk menggebot-gebotnya. Cukup dimasukan, padi akan rontok,” jelasnya.

Apalagi, lanjutnya, bila menggunakan combine harvester yang jauh lebih efisien dibandingkan alat perontok padi.

Pasalnya, mesin ini mampu mengerjakan tiga pekerjaan, yakni membabat padi, merontokan, dan langsung mengemas ke dalam karung.

Terkait akses untuk combine harvester, Supendi mengatakan petani bisa meminjam ke UPJA. Walaupun alatnya masih belum banyak, tetapi bisa disewa secara bergantian.

Baca juga: Tingkatkan Produksi Pertanian, Kementan Optimalkan Lahan Rawa di 14 Provinsi

“Itu alsintan memang paling top menurut saya. Pekerjaan kita jauh lebih singkat waktunya. Ditambah mampu menekan kehilangan hasil, tetapi sayangnya alatnya belum banyak,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan petani di Desa Mlati, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan Pramono. Dia menyebut, begitu musim panen, petani kembali bersiap untuk menanam kembali.

Namun, pada musim tanam kali ini, ada hal yang berbeda dilakukan anggota Kelompok Tani Sido Makmur tempatnya bergabung.

Dalam kondisi pandemi Covid-19 dan suasana bulan puasa, Pramono mulai memikirkan cara agar dapat melanjutkan usaha tani. Apalagi kini tenaga buruh tanam makin sulit didapat.

Untuk mempercepat tanam ia pun menyewa mesin rice transplanter dari desa tetangga.

Baca juga: Jaga Ketahanan Pangan, Kementan Alihkan Komoditas dari Daerah Surplus ke Defisit

“Dengan menggunakan mesin tanam ini, saya tidak perlu mencari banyak buruh tanam di tengah imbauan untuk physical distancing. Selain itu mempercepat tanam karena kondisi air yang semakin sulit,” katanya.

Pramono mengaku, alat ini dapat mempercepat tanam kembali pada musim kemarau (MK). Apalagi prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Pacitan akan mengalami musim kemarau yang lebih kering dari biasanya.

“Walaupun ada virus corona, bagaimana mau makan jika kami di rumah saja,” ujar Pramono.

Pramono mengatakan, dengan menggunakan rice transplanter dirinya tidak memerlukan waktu lama untuk menanam padi di lahan sawahnya yang berukuran 0,25 hektar (ha).

Setelah masuk usia tanam, bibit padi dari baki persemaian sudah disiapkan. Kemudian regu tanam mesin rice transplanter datang untuk melakukan tugas.

Baca juga: Antisipasi Musim Kemarau, Kementan Galakkan Program Pembangunan Dam Parit

“Karena baru pertama kali dan proses belajar, waktu yang banyak diperlukan saat melakukan persiapan membuat papan persemaian di lahan dengan dialasi plastik,” tuturnya.

Secara keseluruhan, diakuinya dengan mesin ini menghemat waktu dan biaya tanam yang biasa dikeluarkan jika menggunakan tanam manual oleh buruh tani.

Pramono pun berharap, operasional mesin rice transplanter perdana di Kelompok Tani Sido Makmur menjadi media belajar (demplot) untuk seluruh petani di Desa Mlati.

Dengan mengetahui cara kerja mesin tanam tersebut, sebutnya, dapat menjadi solusi mengingat ketersediaan buruh tanam yang semakin berkurang.

Baca juga: Sistem Tunda Jual Jadi Jurus Kementan Antisipasi Jatuhnya Harga Cabai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com