Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Strategi Pengelolaan Reksa Dana di Era New Normal

Kompas.com - 28/05/2020, 12:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penempatan pada saham dengan strategi pengelolaan aktif merupakan bagian yang paling menguras pikiran. Sebab dari jumlah saham dalam IHSG sangat banyak (hampir 700), Manajer Investasi biasanya Cuma memilih puluhan (biasanya kurang dari 50 saham) untuk dijadikan dalam portofolio.

Dengan hanya menempatkan hanya memilih kurang dari 10 persen dari seluruh saham yang ada, tentu saja kinerjanya juga bisa berbeda dari pasar. Kemampuan manajer investasi untuk mengalahkan kinerja pasar secara konsisten inilah yang menjadi pembeda antara reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lainnya.

Investor bisa memilih atau melakukan diversifikasi pada reksa dana saham yang strateginya aktif dan pasif.

Di era new normal, pengelolaan reksa dana saham terutama dengan pendekatan aktif akan mengalami perubahan terutama dalam cara Manajer Investasi memilih saham. Sebab dengan berubahnya perilaku, tentu bisnis juga berubah.

Sebagai contoh, kebijakan Work From Home (WFH). Saat ini ada pemikiran dari pelaku bisnis di kawasan perkantoran mengenai kebutuhan ruangan. Sebab untuk sebagian sektor, ternyata pekerjaan juga bisa diselenggarakan secara efektif dari rumah.

Dampaknya kebutuhan akan ruang perkantoran berkurang. Sebaliknya fleksibilitas WFH ini meningkatkan permintaan untuk hunian di kawasan luar kota karena tidak perlu mudik setiap hari.

Penularan Covid-19 dan Orang Tanpa Gejala (OTG) juga akan mempengaruhi prospek bisnis rumah sakit, wisata, hotel, penerbangan, penyelenggaraan event.  Hal ini membuat orang takut ke rumah sakit, melakukan perjalanan wisata / dinas, dan atau menghadiri event sehingga berdampak ke bisnis tersebut.

Sektor otomotif dan aksesoris / spare part bisa saja mengalami kenaikan permintaan karena khawatir akan penyebaran sehingga orang lebih memilih untuk membawa kendaraan sendiri atau naik taksi / ojek yang tidak ramai seperti kendaraan umum.

Munculnya aplikasi e-commerce di sektor kesehatan yang lebih banyak menawarkan obat generik dan semakin banyak orang yang menjalankan pola hidup sehat juga berpotensi berdampak pada industri farmasi, dimana permintaan akan suplemen kesehatan lebih besar dari obat-obatan.

Tambahan protokol kesehatan tentunya akan meningkatkan biaya operasional bagi sektor manufaktur dan perdagangan. Sebab yang namanya hand sanitizer, pengukur suhu, wastafel, masker, dan Alat Pelindung Diri lainnya tetap membutuhkan biaya.

Belum lagi, karena 1 orang karyawan / pengunjung yang positif bisa menyebabkan operasional terganggu selama beberapa hari karena dilakukan karantina dan pembersihan.

Untuk itu, diperkirakan akan terjadi percepatan proses otomatisasi menggunakan mesin pada proses produksi dan digitalisasi pada proses penjualan. Pemanfaatan sosial media dan teknologi virtual reality sebagai media pemasaran juga akan menjadi tren baru.

Untuk sektor keuangan, penggunaan uang elektronik, dompet elektronik, kartu kredit atau ATM dengan fitur cardless juga akan semakin berkembang. Sebab orang akan mengurangi penggunaan uang kertas. Penjualan produk keuangan melalui e-commerce / fintech juga akan menjadi tren.

Untuk sektor perkebunan dan pertambangan, perubahan akan terjadi terutama dalam hal mencari pangsa pasar baru. Sebab jika hanya tergantung pada 1-2 negara, ketika terjadi penutupan pelabuhan / bandara bisa menjadi risiko tersendiri.

Seberapa lama dan seberapa ketat PSBB akan mempengaruhi perubahan di atas. Bagi sektor yang terdampak negatif juga bukan berarti akan dihindari. Sebab bisnis adalah sesuatu yang hidup.

Selalu ada jalan keluar bagi para pelaku bisnis untuk beradaptasi terhadap perubahan. Hal ini, ditambah dengan prospek bisnis menjadi perhatian Manajer Investasi dalam mengelola reksa dana berbasis saham di era new normal ini.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com