Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

New Normal, Adaptasi Teknologi di Sektor Perikanan Didorong

Kompas.com - 31/05/2020, 08:02 WIB
Ade Miranti Karunia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mendorong adaptasi teknologi di sektor perikanan.

Ini untuk menyongsong era normal baru (new normal) di tengah pandemi virus corona (Covid-19) yang masih terjadi.

Kepala Bidang Pengelolaan Konservasi Perairan dan Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Deputi Bidang Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Andreas A Hutahaean mengatakan, adaptasi teknologi diperlukan agar industri perikanan Indonesia semakin produktif dan kompetitif dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya perikanan.

Baca juga: Startup Perikanan Galang Dana untuk Pembudidaya Ikan, UMKM, dan Tenaga Medis

“Menyongsong era new normal, banyak sekali tantangan yang kita hadapi di sektor perikanan. Seperti tantangan menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan, distribusi ikan antara satu daerah dengan yang lain, hingga pengaturan pola dan cara tangkap ikan di laut,” kata Andreas melalui keterangan tertulis, Minggu (31/5/2020).

Andreas menyebutkan kisah sukses pada sub-sektor perikanan tangkap di sejumlah negara seperti Jepang, Kanada, Taiwan, dan Amerika Serikat.

Negara-negara itu berhasil memadukan data satelit dengan sistem kecerdasan buatan untuk memantau aktivitas kapal di tengah lautan secara langsung hingga mengidentifikasi ukuran kapal dan jenis alat tangkap yang digunakan.

Sementara pada sub-sektor perikanan budidaya, negara seperti Jepang dengan jumlah produksi ikan lebih dari 4,4 juta ton atau senilai 16,1 miliar dollar AS pada tahun 2018, terus berinovasi untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya. 

Baca juga: Neraca Perdagangan Hasil Perikanan RI Meningkat Jadi 1,14 Miliar Dollar AS

“Negara skandinavia seperti Norwegia bahkan telah mengekspor sekitar 2,7 juta ton ikan laut dengan nilai 10,4 miliar dollar AS pada tahun 2019 yang sebagian besar (71 persen) merupakan hasil budidaya perikanan dengan perpaduan sistem kecerdasan buatan yang baik,” ujarnya.

Di Indonesia, pengunaan sistem kecerdasan buatan di industri perikanan kurang mendapatkan perhatian. 

Namun dalam skala kecil, kecerdasan buatan telah digunakan pembudidaya. Seperti sistem otomatisasi pengaturan pakan ikan atau penggunaan akustik untuk mengestimasi populasi serta densitas ikan.

Karenanya, lanjut Andreas, pengembangan platform kecerdasan buatan yang terintegrasi adalah hal mendesak saat Indonesia tengah menyongsong era new normal.

 

Baca juga: Ekspor Produk Perikanan Jadi Peluang Bisnis di Tengah Pandemi Covid-19

Platform itu nantinya bisa memahami proses produksi, mengetahui ketersediaan dan kebutuhan pangan, hingga mampu beradaptasi terhadap perubahan perilaku kebutuhan dan keinginan masyarakat. 

“Dengan pengunaan platform kecerdasan buatan yang terintegarsi, pencapaian target pemerintah meningkatkan produksi dan menggenjot ekspor ikan terutama udang hingga 250 persen pada tahun 2024 adalah suatu keniscayaan,” sebut Andreas.

Di masa pandemi Covid-19, kebutuhan protein hewani bersumber dari ikan meningkat. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2019, konsumsi ikan nasional berkisar 54,5 kilogram per kapita.

Andreas mengatakan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan itu, penggunaan kecerdasan buatan bisa difokuskan pada hilirisasi produksi perikanan nasional. 

Ini termasuk penyediaan informasi kebutuhan dan kesediaan pasokan ikan serta distribusi di masyarakat. 

Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19, Menteri KKP Lepas Ekspor Produk Perikanan Senilai Rp 194,6 Miliar

Untuk menjawab hal itu, lanjut Andreas, dibutuhkan data dasar, meliputi pemetaan karakter kantong-kantong produksi ikan nasional, jumlah kebutuhan dan populasi tiap daerah kota/kabupaten, kapasitas ruang penyimpanan (cold storage), dan alternatif transportasi yang tersedia. 

“Informasi ini dapat menjadi dasar melakukan tindakan cepat menjaga rantai pasokan dan distribusi hasil perikanan antar daerah bahkan antar pulau di tanah air,” katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com