“Saat ini pun kita sudah (APBN) defisit, maka pemerintah menerbitkan Perppu untuk mencari pinjaman baru, menerbitkan surat utang dan itu bukan hal yang mudah," kata dia.
Meski UMKM terpukul, namun masih ada celah di tengah pendemi. Hal ini menyusul melonjaknya penjualan di e-commerce hingga 18 persen pada Maret 2020.
Teten menyebut, kebijakan di rumah saja mendorong penjualan kebutuhan primer hasil produk UMKM.
Baca juga: Perekonomian Perancis Diproyeksi Merosot hingga 11 Persen pada 2020
"Kebutuhan masyarakat akan makan dan minum selama PSBB paling banyak dari UMKM naik 52,6 persen, keperluan sekolah naik 34 persen. Kebutuhan personal seperti masker dan hand sanitizer, juga tumbuh 29 persen," kata Teten.
Teten juga melihat banyak pelaku UMKM melakukan adaptasi dan bisnis terhadap permintaan baru. Ia optimis, UMKM dapat selalu fleksibel dan dinamis untuk melihat peluang usaha baru.
Saat ini ungkap Tetenm baru sekitar 13 persen UMKM yang bergabung dengan marketplace. Saat ini, UMKM perlu didorong masuk ke e-commerce.
Ia mengaku sudah meminta platform e-commerce untuk membuka laman UMKM agar produk UMKM semakin banyak dijual di market online.
Baca juga: Tokopedia: Transaksi Token Listrik Sedang Ada Gangguan Secara Nasional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.