Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susi Pudjiastuti: Saya Tidak Pernah Mengalami Krisis Seburuk Saat Ini

Kompas.com - 06/06/2020, 11:36 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengusaha sekaligus Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menceritakan pengalamannya dalam mengelola bisnis di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

Susi pun mengatakan, dirinya tidak pernah mengalami krisis sehebat saat ini. Pasalnya, di masa krisis moneter 1998 dulu, justru menjadi titik mula kesuksesan bisnis seafoodnya. Susi mengatakan, kala itu dirinya justru beruntung karena bisa mengekspor seafood dengan mata uang dollar.

"Pandemi ini sangat buruk untuk dunia bisnis. Saya tidak pernah mengalani krisis sehebat ini. Saat krisis 98 dulu justri menjadi angin segar karena saya mengambil kesempatan untuk melakukan ekspor seafood, pendapatan saya dalam mata uang dollar kala itu," ujar Susi dalam video conference, Jumat (5/6/2020).

Baca juga: Susi Pudjiastuti: Kini Tak Ada Sama Sekali Penerbangan Susi Air...

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, akibat pandemi bisnis maskapai penerbangan perintisnya kini tengah berhenti beroperasi.

Pasalnya, pembatasan dan penutupan akses bandara di hampir seluruh wilayah di Indonesia membuat armada yang ia miliki saat ini tak bisa terbang.

"Dari 180 penerbangan sehari, kini tidak ada sama sekali (penerbangan Susi AIr). Saya harus melakukan restrukturisasi pegawai, memikirkan biaya setiap pekan, setiap bulan," ujar Susi.

Dirinya pun menceritakan, awalnya di bulan Januari hingga Februari telah berencana untuk melakukan ekspansi bisnis. Kala itu, Susi Air membuka lowongan untuk 200 orang. Namun ternyata, iklim bisnis berubah sangat cepat akibat pandemi. Susi yang kala itu masih di Jakarta pun memutuskan untuk kembali ke Pangandaran.

"Dan saya mulai melihat dunia usaha yang mulai berguguran, saya pun mengisi waktu untuk membaca, mendengarkan, iklim usaha sudah kolaps. Di April, (pesawat) di setiap bandara mulai tidak bisa terbang kemana-mana, hingga akhirnya Jakarta berhenti sama sekali," ujarnya.

Untuk itu, pihaknya pun mengatakan kepada seluruh pelaku usaha yang saat ini sedang dihadapkan pada keadaan sulit untuk tetap fokus dan tidak panik.

Jika memang skenario terburuk terjadi, para pelaku usaha harus bisa jujur kepada pegawai atau pihak-pihak yang bekerja sama dengannya.

Baca juga: Seandainya Susi Pudjiastuti Jadi Menteri Kesehatan...

"Kita harus berpikir skenario apa yang harus dilakukan untuk survive dalam dua bulan, enam bulan, hingga setahun. Memangkas ini dan itu, melakukan ini dan itu, jangan membelanjakan ang untuk hal-hal yang tidak perlu," ujar Susi.

"Saya harus merumahkan karyawan, menutup kantor cabang. Apa yang saya lakukan? Saya berbica kepada para karyawan apa yang terjadi, saya terbuka. Namun jika ada yang tidak puas dengan apa yang saya lakukan, ya itu risikonya," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com