NEW YORK, KOMPAS.com - Pandemi virus corona (Covid-19) yang menyebabkan banyak negara di dunia menerapkan langkah-langkah lanjutan seperti lockdown atau isolasi total telah membuat perekonomian dunia menjadi kacau.
Meskipun banyak negara perlahan membuka perekonomian kembali, namun Bank Dunia memperoyeksi tahun ini, perekonomian global bakal mengalami resesi terburuk dalam 80 tahun terakhir.
Dilansir dari CNN Selasa (8/6/2020), pandemi yang telah menginfeksi sekitar tujuh juta orang di seluruh dunia membawa banyak negara mengeluarkan kebijakan bagi penduduknya untuk melakukan berbagai kegiatan di rumah dan membuat pelaku usaha tak mampu menjalankan bisnisnya.
Produk Domestik Global (PDB) dunia diperkirakan bakal terkoreksi menjadi -5,2 persen tahun 2020.
Kinerja perekonomian yang tertekan terjadi meski banyak negara di dunia telah menggelontorkan bantuan fiskal hingga moneter. Triliunan dollar AS telah dikucurkan untuk membantu perusahaan agar tetap berjalan, menjamin keberadaan uang kas bagi konsumen rumah tangga, dan bisa membantu pasar keuangan untuk berjalan secara wajar.
Meski demikian, perekonomian maju seperti Amerika Serikat maupun Eropa bakal melorot sangat dalam sekitar 7 persen. Ekonomi Amerika Serikat sendiri diproyeksi bakal terkontraksi hingga 6,1 persen sebelum akhirnya bisa rebound di 2021.
Kuartal I tahun ini menjadi masa-masa terburuk bagi dunia barat, namun sebagian besar negara-negara di Asia telah terdampak pandemi sejak bulan pertama tahun 2020.
China, yang merupakan negara perekonomian terbesar kedua di dunia diproyeksi hanya akan tumbuh 1 persen tahun ini, jauh dari realisasi tahun lalu yang mencapai 6,1 persen.
Di sisi lain, Bank Dunia juga mencatatkan pandemi ini juga bakal menyebabkan luka mendalam bagi perekonomian. Investasi bakal tetap rendah dalam waktu dekat, serta perdagangan dan rantai pasok global masih akan terkikis dalam beberapa waktu ke depan.
Ditambah lagi, jutaan penduduk dunia telah mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Di Amerika Serikat, jumlah tenaga kerja yang mengalami PHK merupakan mencatatkan rekor baru, terbesar sejak Depresi Besar tahun 1930an lalu. Bank sentral setempat, Federal Reserve (The Fed) pun telah menekankan kekhawatirannya mengenai pekerja yang diPHk dan terlepas dari angkatan kerja sebagai akibat dari krisis.
Resesi pun bakal kian parah jika ternyata waktu yang dibutuhkan untuk megontrol pandemi ternyata cukup lama, atau terjadi tekanan di sektor keuangan yang membuat beberapa perusahaan mengalami kebangkrutan.
Bank Dunia mengatakan, perekonomian negara berkembang terutama lebih berada dalam bahaya. Pasalnya, sistem kesehatan negara-negara berkembang dianggap kurang kuat jika dibandingkan dengan negara maju. Selain itu, negara berkembang memiliki keterlibatan yang lebih dalam perekonomian global baik dalam hal rantai pasok, pariwisata, dan ketergantungan terhadap komoditas serta pasar keuangan.