Maaf kali ini saya tak bermaksud menyajikan angka-angka, agar pembicaraan lebih strategis. Lagi pula sudah banyak sekali yang berbicara tentang angka. Jadi lain kali saja.
Setelah membaca tulisan ini mungkin Anda akan berpikir, betapa tidak mudahnya duduk di jajaran pengurus BUMN. Tantangannya berat. Namun di balik itu, tentu saja ada “pintu keluar” yang harus dicari, untuk mengantarkan BUMN pada kehidupan yang lebih baik.
Saya membagi 7 tantangan itu ke dalam tiga kelompok besar: Tantangan Global, Tantangan Strategis dan Ancaman Relevansi tadi.
Pada tatanan global ada ancaman resesi dunia, isolasionisme dan the rise of soft power. Namun karena ancaman resesi global sudah sering dibahas, saya merasa tidak perlu diulas lagi di sini.
Baca juga: Kemenkeu: Dana Talangan BUMN Rp 19,65 Triliun Harus Dikembalikan...
Pandemi C-19 juga melahirkan pembatasan kegiatan antarbangsa dan pergerakan barang dan manusia. Masing-masing bangsa mengambil langkah mengisolasi dirinya dari penduduk negara lainnya. Ada yang mengatakan sampai akhir tahun ini, tapi setelahnya, konon ada begitu banyak restriksi yang berlaku.
Ketidakpastian global menjadi new normal. Kehidupan baru terjadi, dan banyak perubahan.
Di sisi lain, BUMN telah menjalin kolaborasi dengan banyak aktor global, baik dari Amerika, Inggris, Jerman, maupun Tiongkok. Kerja sama dilakukan dalam kerangka investasi, joint venture, joint project, bantuan teknis, dukungan teknologi, sampai urusan rantai pasok (supply chain).
Isolasionisme tentu menghambat pertumbuhan, membatasi kemajuan dan mengubah rencana-rencana yang sudah disusun.
Namun yang sering tidak disadari adalah hadirnya kekuatan baru, yang disebut The Soft Power. Ini adalah puncak perubahan yang menghadirkan peran aktor-aktor (ekonomi, politik) baru di samping peran negara dan militer.
Dunia mengalami great shifting dari kekuatan pers sejak Johannes Gutenberg memperkenalkan mesin cetak ke kekuatan #MO (Mobilisasi dan Orkestrasi) dalam bentuk baru.
Puncaknya adalah peristiwa disrupsi yang melahirkan teknologi digital, dan menggeser cara menggunakan power dari stick & carrot (ancaman dan insentif) menjadi kekuatan daya tarik dan pengaruh yang kadang disebut new power atau the soft power.
The soft power tidak saja melahirkan tokoh-tokoh baru dengan tingkat engagement yang lolos dari radar media mainstream, melainkan juga mengukuhkan kegiatan-kegiatan ekonomi mikro yang terorganisir melalui super apps serta aktivitas DIY (Do It Yourself).
Suka atau tidak suka, The Soft Power akan mengubah business landscape yang ditekuni perusahaan-perusahaan besar, termasuk BUMN. Juga mengubah peta persepsi publik tentang ekonomi dan kekuatan yang dikandungnya.
Pandemi COVID 19 juga melahirkan3 tekanan strategis yang mempengaruhi masa depan suatu usaha baik dalam jangka pendek maupun panjang. Ketiganya adalah hadirnya agoraphobia, paradox of new talent, dan gelombang mega-merger.
Sekilas, agoraphobia, atau phobia pada kerumunan adalah hal yang biasa terjadi setelah makhluk sosial dibatasi aktivitasnya sekian lama di rumah.