Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menimbang Untung Rugi Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Obligasi

Kompas.com - 19/06/2020, 11:57 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada banyak instrumen investasi yang dapat Anda pilih untuk menumbuhkan uang Anda, termasuk obligasi dan reksa dana.

Obligasi merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah, BUMN, atau perusahaan swasta.

Saat ini, pasar obligasi Indonesia diproyeksikan bakal memberi peluang investasi yang menarik di tahun 2020.

Baca juga: Mau Investasi Saat Pandemi, Pilih Reksa Dana Atau Obligasi?

Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) mengatakan, meski tidak setinggi tahun lalu, potensi hasil dan peluang di pasar obligasi masih menarik bagi investor yang ingin mengurangi risiko atau volatilitas.

“Target imbal hasil obligasi domestik sampai akhir tahun di kisaran 6,5 persen sampai dengan 7 persen,” kata Freddy melalui siaran media, Jumat (19/6/2020).

Freddy mengatakan peluang investasi obligasi didukung oleh rendahnya suku bunga global dan domestik, stabilitas nilai tukar Rupiah, dan kondisi kepemilikan investor asing yang sudah sangat rendah.

Sementara itu, berinvestasi dalam reksa dana pendapatan tetap tentunya tidak kalah menarik. Selain bisa dimiliki dari nilai terendah, instrumen investasi reksa dana juga lebih mudah dalam pengelolaannya dengan profit yang bervariasi bergatung risiko.

Baca juga: Investasi Obligasi dan Saham Tahun 2020 Masih Cerah

Lalu mana lebih untung, obligasi atau reksa dana pendapatan tetap ?

Sebelum memutuskan, simak beberapa pertimbangan yang bisa Anda lakukan ketika bingung akan memilih investasi pada instrument obligasi atau reksa dana pendapatan tetap. Antara lain sebagai berikut.

1. Jumlah investasi

Investasi secara langsung pada instrumen obligasi membutuhkan dana yang relatif besar. ORI atau Obligasi Ritel Indonesia sebagai salah satu instrumen Surat Berharga Negara (SBN), pembeliannya membutuhkan dana minimal Rp 1 juta. 

Demikian juga dengan obligasi korporasi, minimal investasinya Rp 1 juta. Untuk membelinya, investor harus melengkapi data berupa KTP, rekening bank, dan NPWP.

Reksa dana pendapatan tetap, minimal investasinya hanya Rp 10.000, dan dokumen yang dipersyaratkan hanya KTP dan rekening bank,” kata Freddy.

Baca juga: Reksa Dana Apa yang Cocok Dipilih untuk Investor Pemula Saat Pandemi?

2. Waktu dan tempat pembelian

Seorang investor ritel atau individu hanya dapat membeli ORI yang diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia pada masa penawaran perdana secara online atau melalui mitra distribusi, dan masa penjualan kembali (pencairan) yang sangat terbatas hanya pada waktu-waktu tertentu. 

Sementara reksa dana pendapatan tetap bisa dibeli kapan pun, melalui manajer investasi dan Agen Penjual Efek Reksa Dana.

 

3. Pajak

Untuk setiap pembelian SBN ataupun ORI, pemerintah akan mengenakan pajak sebesar 15 persen dari kupon yang diterima investor. Sementara pada reksa dana pendapatan tetap, bunga obligasi dibebaskan dari pajak.

“Ini artinya, keuntungan dari obligasi tidak akan dipotong oleh pajak,” tambah dia.

4. Keuntungan investasi

Penerbit obligasi akan membayarkan kupon (bunga) secara berkala dan melunasi utangnya saat obligasi jatuh tempo, dengan angka yang sudah ditentukan dari awal. Namun, masih ada pajak yang dikenakan dari kupon yang diberikan.

Hal ini tentunya berkebalikan dengan keuntungan investasi reksa dana pendapatan tetap.

Baca juga: Sambut New Normal, Ini Strategi Yakinkan Nasabah Reksa Dana

5. Tingkat risiko

Dalam melakukan investasi berlaku prinsip high risk high return, dimana imbal hasil sejalan dengan risiko.

Pada obligasi pemerintah seperti SBN atau ORI, investasinya akan jaminan oleh pemerintah RI sampai Rp 3 miliar.

“Sehingga bisa dikatakan tingkat risikonya rendah. Berbeda dengan obligasi korporasi yang memiliki potensi risiko gagal bayar oleh perusahaan penerbit surat utang,” ujar dia.

Sementara pada reksa dana pendapatan tetap, di dalamnya terdapat beragam efek obligasi, dan risikonya bisa diminimalisir karena memiliki tingkat risiko menengah.

“Investasi di reksa dana pendapatan tetap dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi ekonomi global dan nasional yang akan mempengaruhi tingkat suku bunga perbankan,” ungkap dia.

Baca juga: Strategi Pengelolaan Reksa Dana di Era New Normal

6. Laporan berkala setiap bulan

Dalam pembelian obligasi maupun reksa dana pendapatan tetap, investor dapat memantau perkembangan investasinya berupa laporan rekening komprehensif.

“Investor bisa mencermati pertumbuhan investasinya dari waktu ke waktu dengan menggunakan laporan yang akan diterima setiap bulan,” ungkapnya.

Ketika investor memutuskan untuk menjual portofolionya, harus diingat berapa patokan harga jual obligasi atau nilai aktiva bersih reksa dana yang hendak dijualnya.

Itulah beberapa pertimbangan yang bisa Anda lakukan ketika akan memilih reksa dana atau obligasi. Freddy mengatakan, jika Anda memiliki dana, waktu, dan pengetahuan yang cukup untuk memilih obligasi yang bisa memberikan imbal hasil optimal, silakan berinvestasi langsung di obligasi.

“Jika dana Anda minimum, Anda bisa memanfaatkan reksa dana pendapatan tetap yang di dalamnya terdapat beragam obligasi, serta dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com