Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 Terendah Setelah Krisis 1998

Kompas.com - 22/06/2020, 14:31 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia memproyeksikan, tahun ini produk domestik bruto (PDB) atau perekonomian Indonesia akan mengalami perlambatan pertumbuhan akibat pandemi Covid-19.

Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diprediksi menjadi yang terendah sejak krisis 1997-1998.

"Pertumbuhan PDB (Indonesia) pada tahun 2020 diproyeksikan akan menjadi yang terendah sejak krisis keuangan tahun 1997," ujar Ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn, dalam peluncuran Public Expenditure Review, Senin (22/6/2020).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 1997 yakni 4,6 persen. Sedangkan pada 1998 anjlok hingga minus 13,1 persen.

Baca juga: Pemerintah Proyeksi Ekonomi RI Negatif 3,8 Persen di Kuartal II 2020

Menurut Bank Dunia, munculnya pandemi Covid-19 sejak triwulan pertama tahun ini, berpotensi mempersulit pemerintah dalam mencapai target-target prioritas, seperti halnya pemerataan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur.

Hal tersebut diakibatkan semakin minimnya ruang fiskal yang dimiliki pemerintah setelah terfokus terhadap upaya penanganan Covid-19.

"Pemotongan belanja infrastruktur publik untuk mengakomodasi respons terhadap Pandemi Covid akan menyebabkan keterlambatan dalam pembangunan infrastruktur," ujarnya.

Lebih lanjut, Ralph menjelaskan, dengan semakin melebarnya defisit APBN 2020 dan meningkatnya postur pembiayaan, rasio utang terhadap PDB akan melonjak pada tahun ini dan seterusnya.

Baca juga: Bank Dunia: Belanja RI Bidang Prioritas Masih Rendah dan Belum Efisien

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com