JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) menyatakan Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara berkembang lainnya dalam menyediakan layanan dasar bagi penduduknya, seperti penyediaan air minum dan sanitasi.
Dalam hasil kajian bertajuk Public Expenditure Review Spending for Better Result, Bank Dunia melaporkan, negara-negara di kawasan yang sama seperti China, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia memiliki jumlah penduduk dengan akses air minum yang aman dan sanitasi yang lebih tinggi.
"Jika dibandingkan dengan Vietnam dan Filipina, perbandingan sangat mencolok. Mengingat negara-negara ini memiliki pendapatan per kapita yang lebih rendah dari Indonesia," kata Spesialis Air Bersih dan Sanitasi Bank Dunia, Irma Setiono, Kamis (25/6/2020).
Baca juga: Ada Virus Corona, Penjualan Produk Sanitasi di E-commerce Terus Naik
Selain itu, angka rata-rata nasional tidak memperlihatkan besarnya kesenjangan akses air minum di antara kelompok tingkat penghasilan.
Penggunaan air minum dalam kemasan (AMDK), misalnya, sangat berbeda-beda di seluruh segmen penghasilan. Lebih dari separuh rumah tangga yang berada di kuintil terkaya di Indonesia bergantung pada air minum dalam kemasan.
Sementara, hanya 8 persen rumah tangga yang berada di kuintil termiskin di daerah pedesaan menggunakan air minum dalam kemasan.
"Jadi walaupun air minum kemasan telah menjadi sumber air minum yang populer, pengguna utama tetap hanya terdiri dari kelompok masyarakat yang mampu membelinya. Rumah tangga yang lebih miskin masih bergantung pada sumber air tradisional, baik perkotaan maupun pedesaan," sebut Irma.
Baca juga: Cegah Virus Corona, PUPR Tingkatkan Air Bersih dan Sanitasi di 5 Destinasi Wisata
Hal yang sama juga terjadi di sektor sanitasi. Kesenjangan akses sanitasi layak terlihat di antara kelompok penghasilan yang berbeda san secara geografis.
Hanya 49 persen masyarakat Indonesia di kuintil pengeluaran terendah memiliki akses ke fasilitas sanitasi layak, dibandingkan dengan 87 persen di kuintil teratas.