Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Langkah Atur Keuangan Pribadi di Era New Normal

Kompas.com - 25/06/2020, 18:38 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memberlakukan era kebiasaan baru atau new normal di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Ini guna menghidupkan denyut perekonomian yang sempat terganggu.

New normal dianggap sebagai suatu solusi dengan menerapkan protokol kesehatan agar masyarakat tetap bisa produktif dan terhindar dari Covid-19. Masyarakat diimbau melakukan adaptasi perubahan perilaku saat pelonggaran PSBB.

Adaptasi tersebut juga berlaku dalam hal manajemen keuangan pribadi.

Baca juga: Tips Mengelola Keuangan untuk Bisa Bertahan di Tengah Pandemi

Setelah tiga bulan terakhir produktivitas masyarakat terganggu, tentunya juga berpengaruh pada daya beli sebagian besar masyarakat serta kondisi keuangan pribadi mereka.

Melihat banyaknya masyarakat yang terdampak dengan pandemi ini, perusahaan konsultan Grant Thornton Indonesia berpendapat penyesuaian anggaran atau manajemen keuangan pribadi menjadi lebih penting dari sebelumnya.

“Kondisi prihatin yang berdampak bagi sebagian besar industri saat ini mendorong kita untuk lebih tenang dan bijak dalam menghadapinya. Tentu kondisi finansial yang dimiliki setiap keluarga memiliki kondisi berbeda-beda hingga akhir pandemi nanti," kata Johanna Gani, Managing Partner Grant Thornton Indonesia dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).

Menurut Johanna, kesadaran untuk menerapkan protokol kesehatan, tetap produktif sebisa mungkin dan cerdas menangani keuangan pribadi adalah usaha terbaik yang dapat dilakukan saat ini.

Baca juga: 4 Tips Mengelola Keuangan saat Pendapatan Berkurang akibat Covid-19

Berikut ini 5 langkah yang perlu dilakukan setiap individu untuk mengatur keuangan pribadi dalam menghadapi new normal.

1. Review kondisi keuangan pribadi

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melihat dengan cermat kondisi keuangan saat ini dari sisi pemasukan vs pengeluaran. Identifikasi semua pengeluaran, mulai dari laporan kartu kredit hingga berbagai tagihan rutin seperti listrik dan air.

 

Coba untuk lakukan review dari tiga bulan lalu dan awasi pengeluaran tahunan yang akan segera jatuh tempo seperti pajak rumah, pajak kendaraan bermotor hingga uang sekolah anak yang dibayarkan beberapa bulan di muka.

"Bandingkan dengan pemasukan tetap yang diterima tiap bulan untuk mendapat jawaban apakah kondisi keuangan pribadi berisiko atau tidak," ujar Johanna.

2. Idenfikasi kebutuhan versus keinginan

Seringkali kita masih terjebak antara keinginan dan menempatkan hal tersebut sebagai kebutuhan. Langkah signifikan berikutnya adalah mulai mengidentifikasi kebutuhan reguler dan menuliskan apa saja keinginan yang menyedot penghasilan maupun tabungan serta mengendalikan hasrat berbelanja atas keinginan tersebut.

Baca juga: Kesulitan Mengelola Keuangan? Mulailah dengan 4 Cara Sederhana Ini

"Untuk lebih mudahnya, kebutuhan adalah sesuatu yang akan memengaruhi kemampuan seseorang untuk hidup, semua yang tidak termasuk dalam kategori tersebut dapat dianggap sebagai keinginan," ucap Johanna.

3. Jangan berutang

Hindari gaya hidup konsumtif dan terutama hindari membeli barang secara kredit. Memasuki fase new normal kita akan memasuki fase kehidupan yang benar-benar baru dan perlu adaptasi tinggi, sehingga kestabilan keuangan pribadi menjadi sangat penting.

"Hindari menambah beban keuangan dalam waktu dekat dengan berhutang maupun mengambil cicilan terutama untuk barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan," terang Johanna.

4. Miliki dana darurat

Mengamankan persediaan dana dan mengambil langkah yang tepat perlu disusun ulang untuk memastikan pendapatan dikelola dengan sangat baik. Fokus pada tujuan untuk menambah dana darurat atau emergency fund bisa jadi salah satu strategi.

Hal ini dapat dimulai dengan memisahkan pemasukan ke dalam rekening yang terpisah sehingga kebutuhan harian dan kebutuhan mendesak tidak tercampur.

Baca juga: As Soon As Kamu Punya Income, Kamu Harus Bisa Mengelola Keuangan...

5. Bijak berinvestasi

Jika memiliki dana mengendap, investasi pada instrumen yang tergolong mudah dicairkan seperti deposito, emas, reksa dana, dan mata uang asing juga bisa dijadikan pilihan untuk memaksimalkan pemasukan.

Selalu lakukan diversikasi dan jangan berinvestasi di satu tempat saat ini. Jangan mudah tergoda dan lakukan perencanaan investasi dengan tepat. Ingat, kita tidak tahu persis berapa lama kondisi new normal ini akan bertahan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com