Gambar pada bagian depan berupa gambar patung garuda whisnu kencana, lalu dibagian belakang bergambar wayang arjuna.
3. Seri De Japansche Regeering
Uang kertas ketiga adalah seri De Japansche Regeering dengan nominal 10 gulden. Uang ini mulai dicetak pada tahun 1942 dan ditarik peredarannya setahun setelah Indonesia merdeka.
Baik tampilan depan maupun belakang, didominasi warna hitam violet dan berukuran 161 x 78 mm. Dari sisi motif, uang kertas ini memiliki gambar yang lebih ramai.
Baca juga: Deretan Uang Logam dari Emas yang Pernah Diterbitkan Bank Indonesia
Bagian depan bergambar pohon pisang, pohon sukun, dan pohon kelapa. Kemudian di bagian belakang ditandai dengan gambar kapal laut yang sedang berlayar.
Semua nominal dicetak oleh Djakarta Insiatsu Kodjo atau badan percetakan milik Kementerian Keuangan Jepang. Semua uang kertas yang dierbitkan Jepang di Indonesia memiliki kode "S".
Ini dilakukan untuk membedakan dengan mata uang yang diterbitkan Jepang di negara jajahan lain. Di Malaysia, kode mata uang diterbitkan memiliki kode "M" dan kode "B" untuk Burma atau Myanmar.
Baca juga: BI Tegaskan Uang Logam Rp 500 dan Rp 1.000 Layak Edar
Pasca-kemerdekaan Indonesia, pemerintah republik belum mampu untuk mencetak uang sendiri. Bank Indonesia yang kemudian jadi bank sentral sendiri baru berdiri setelah pemerintah menasionalisasi De Javasche Bank.
Ini artinya, sejak tahun 1945 hingga beberapa tahun kemudian, pemerintah Indonesia masih mengakui tiga jenis mata uang yang beredar yakni mata uang yang diterbitkan Hindia Belanda, mata uang De Javasche Bank, dan uang terbitan Jepang.
Indonesia baru benar-benar memiliki mata uang sendiri pada 30 Oktober 1946 dengan keluarnya Oeang Repoeblik Indonesia atau ORI.
Baca juga: PG Colomadu, Simbol Kekayaan Raja Jawa-Pengusaha Pribumi era Kolonial
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan