Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pinduoduo, E-commerce yang Buat Anak Muda Ini Salip Kekayaan Jack Ma

Kompas.com - 29/06/2020, 08:39 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - CEO Pinduoduo Colin Huang (40) meyalip Jack Ma sebagai orang terkaya nomor dua di China.

Hingga Minggu (28/6/2020), pria yang terbilang masih muda ini memiliki total nilai kekayaan 44,2 miliar dollar AS, atau berada di posisi nomor 2 setelah CEO Tencent Holdings Ma Huateng yang juga dikenal sebagai Pony Ma, yang saat ini diketahui nilai kekayaannya sebesar 54 miliar dollar AS.

Sementara saat ini Jack Ma, yang telah mengundurkan diri dari posisi CEO Alibaba dan tengah fokus pada kegiatan filantropis, memiliki nilai kekayaan sebesar 43,3 miliar dollar AS.

Lonjakan kekayaan Huang sendiri disebabkan oleh harga saham Pinduoduo yang mengalami peningkatan hingga 300 persen tahun lalu.

Baca juga: Dalam Sebulan, Harta 10 Orang Terkaya di Dunia Naik Rp 1.950 Triliun

Hal tersebut juga membuat Huang yang merupakan mantan pegawai Google mampu mempersempit selisih kekayaannya dengan pendiri sekaligus mantan bos Google yang kekayaannya sebesar 64,3 miliar dollar AS dan Sergey Brin dengan kekayaan 62,6 miliar dollar AS.

Selain itu, kekayaan Huang juga sudah melampaui nilai kekayaan bos Google lainnya, Eric Smichdt.

Dikutip dari CNBC, Pinduoduo merupakan perusahaan e-commerce China yang terdaftar di bursa saham AS. Meski tak begitu terkenal di luar China, Pinduoduo merupakan salah satu pemain besar di jajaran e-commerce China selain Alibaba dan JD.com.

Kesuksesan Pinduoduo dilatarbelakangi oleh model belanja online yang berbeda dengan e-commerce lain. Melalui Pinduoduo, konsumen bisa melakukan social shopping, alias berbelanja bersama dengan kerabat melalui link barang belanjaan yang dikirimkan melalui sebuah grup belanja.

Semakin banyak orang membelanjakan produk dalam tautan yang sama, maka semakin rendah harga barang tersebut. Hal tersebut pun mendorong kian banyak orang yang mengirimkan tautan atau link mengenai barang yang mereka belanjakan kepada teman ataupun saudara melalui media sosial.

Setiap barang yang ingin dibeli pun memiliki jumlah minimal orang untuk bisa memenuhi syarat pembelian. Jika jumlah tersebut tidak terpenuhi dalam 24 jam, maka pembelian dalam jumlah grup tersebut dibatalkan, dan orang yang telah berkomitmen untuk membeli dan melakukan pembayaran bakal dikembalikan dananya.

Namun demikian, opsi untuk bisa membeli barang dengan harga di atas pembelian secara berkelompok jga bisa dilakukan.

Baca juga: Berkat Facebook, Miliarder India Kembali Jadi Orang Terkaya di Asia

Saat ini, 100 persen pendapatan Pinduoduo berasal dari layanan marketplace online. Dengan demikian, komisi yang didapatkan PDD berasal dari penjualan di paltformnya, juga, iklan yang ditayangkan.

Di sisi lain, pesaingnya, Alibaba dan JD.com, meski sebagian besar pendapatan mereka dari e-commerce, namun keduanya memiliki bisnis lain yang berkembang seperti cloud computing.

Meski sumber pendapatan Pinduoduo lebih sedikit, namun pertumbuhan pendapatan e-commerce yang berdiri pada tahun 2015 tersebut sangat pesat. Pada Desember lalu. Pinduoduo tercatat memiliki pendapatan sebesar 10,79 miliar yuan atau sekitar 1,55 miliar dollar AS.

Angka tersebut mningkat 91 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, pada kuartal yang sama pendapatan Alibaba tercatat tumbuh 38 persen atau sebesar 161,45 miliar yuan atau 23,19 dollar AS. Meski demikian, jumlah tersebut masih 15 kali lebih besar jika dibandingkan dengan Pinduoduo.

Baca juga: Pemilik Djarum Masih Jadi Orang Terkaya RI versi Forbes 2020

Halaman:
Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com