Dalam rapat terbatasnya pada Januari 2020 di Istana Kepresiden, Jokowi merasa kesal dengan melambungnya harga gas industri. Dia bahkan sempat ingin berkata kasar karena geram dengan mahalnya harga gas.
Padahal, Jokowi sudah meminta harga gas bisa bersaing dengan negara tetangga sejak awal periode pemerintahannya. Tahun 2016, Jokowi meminta harga gas turun hingga 5-6 dollar AS per MMBTU mulai November 2016.
Baca juga: Jokowi Minta Harga Gas Diturunkan, Februari 2020 Masih Ada yang Mencapai 13,5 Dollar AS
Saat itu, Jokowi membandingkan harga gas di negara tetangga yang jauh lebih murah. Padahal, kata dia, Indonesia memiliki cadangan gas lebih banyak daripada negara-negara itu.
”Saya meminta ada langkah konkret untuk menjadikan harga gas di Indonesia lebih kompetitif. Dari simulasi hitungan, harga gas Indonesia bisa turun hingga 5 dollar AS sampai 6 dollar AS per MMBTU. Jika tidak bisa turun, sebaiknya tidak perlu dihitung lagi,” kata Jokowi.
4. Serapan anggaran
Jokowi menumpahkan amarahnya di hadapan para menteri dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/6/2020). Video kemarahan Presiden itu dirilis Istana pada Minggu (28/6/2020).
Salah satu hal yang disorot Presiden yakni terkait realisasi anggaran penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Seperti diketahui, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran Rp 695,2 triliun untuk program tersebut.
Baca juga: Daftar Relawan Jokowi Saat Pilpres di Kursi Komisaris BUMN Karya
Namun, hingga pertengahan Juni 2020, realisasi anggaran tersebut rupanya masih seret. Padahal, kata Presiden, Indonesia sedang menghadapi situasi krisis akibat pandemi Covid-19.
"Saya lihat, masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis," ujar Jokowi dengan nada tinggi.
5. Mafia migas dan kilang minyak
Kegiatan impor minyak ke Indonesia masih terus terjadi sehingga memberatkan neraca perdagangan. Hal ini membuat Jokowi marah dan mengancam oknum yang membuat Indonesia terus membuka keran impor minyak alias mafia migas.
Bahkan, Jokowi menyebut sudah mengetahui siapa dalang yang ada di belakang kegiatan impor 800.000 barrel per hari. Dia menyebutkan, ada pihak yang ingin menikmati untung besar. Hal ini pula yang membuat Indonesia kesulitan membangun kilang.
Baca juga: Ahok adalah Upaya Jokowi Berperang Melawan Mafia Migas...
"Lah ini yang seneng impor, bukan saya cari. Sudah ketemu siapa yang seneng impor. Sudah ngerti saya," kata Jokowi saat Musyawarah RPJMN 2020-2014 di Istana Negara, Senin (16/12/2019).
Padahal, kata Jokowi, Indonesia memiliki banyak sumur minyak. Hanya saja, instruksi Jokowi agar Indonesia membangun kilang minyak sampai saat ini belum berjalan.
"Kenapa enggak genjot produksi? Karena ada yang masih senang impor minyak. Sudah saya pelajari, enggak benar kita ini," kata dia.
"Habis pelantikan yang pertama saya sampaikan, saya minta kilang ini segera dibangun. Tapi, sampai detik ini, dari lima yang ingin kita kerjakan, satu pun enggak ada yang berjalan, satu pun," kata Jokowi lagi.
Baca juga: Mengintip Gaji Pejabat Kemenkeu yang Rangkap Jabatan Komisaris BUMN
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.