Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpukul Pandemi, Airbus Bakal PHK 15.000 Pegawai

Kompas.com - 01/07/2020, 08:22 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Airbus bakal memangkas 15.000 pekerjanya, atau sekitar 10 persen dari keseluruhan jumlah tenaga kerja. Dikutip dari CNN, Rabu (1/7/2020), pemangkasan tersebut bakal dilakukan dalam 12 bulan ke depan seiring dengan merosotnya jumlah permintaan armada baru akibat pembatasan perjalanan sebagai dampak dari pandemi virus corona (Covid-19).

Dalam keterangan tertulisnya perusahaan menyatakan penjualan armada pesawat komersit merosot 40 persen dalam beberapa waktu terakhir. Perusahaan pun memprediksi proses pemulihan akan berjalan lambat.

"Airbus bersyukur dengan dukungan pemerintah yang membuat perusahaan mampu mengurangi dampak buruk dari situasi ini. Namun dengan lalu lintas udara yang diproyeksi tidak akan pulih seperti level sebelum Covid-19 sebelum 2023 serta paling lambat 2025, Airbus saat ini membutuhkan langkah-langkah tambahan sebagai refleksi atas outlook industri setelah Covid," tulis Airbus dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Hari Ini, Larangan Penggunaan Kantong Plastik Berlaku di Jakarta

Airbus merupakan pusat industri kedirgantaraan Eropa. Perusahaan yang berpusat di Prancis itu memiliki fasilitas produksi di Jerman, Spanyol dan Inggris. Secara keseluruhan Airbus memiliki 134.000 pegawai di seluruh dunia dan berkompetisi dengan Boeing dalam memenuhi permintaan atas armada pesawat terbang.

Pemangkasan pekerja bakal berdampak paling besar pada tenaga kerja Airbus di Prancis serta Jerman. Airbus bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 5.000 pekerjanya di masing-masing negara. Sementara untuk di Inggris, PHK dilakukan terhadap 1.700 pekerja, dan Prancis 900 pekerja. Sisanya adalah untuk tenaga kerja Airbus di belahan dunia lain.

Perusahaan pun menyatakan bakal mengurangi jumlah PHK dengan membuka opsi meninggalkan perusahaan secara sukarela, pensiun dini, hingga program kerja pasial jangka panjang.

"Airbus mengalami krisis paling parah yang pernah dialami industri ini," ujar CEO Airbus Guillaume Faury dalam keterangan tertulis.

Baca juga: Cerita Pemilik Warung Kopi Dihantam Pandemi, Menolak Gulung Tikar

"Langkah-langkah yang telah kami ambil sejauh ini telah memungkinkan kami untuk menyerap dampak pandemi global. Saat ini, kami harus memastikan kami dapat memertahankan perusahaan kami dan keluar dari krisis sebagai perusahaan yang sehat, serta pemimpin armada pesawat global, juga menyesuaikan tantangan luar biasa ke depan," ujar dia.

Sebelumnya, Airbus telah mendapatkan 16,9 miliar dollar AS fasilitas kredit untuk membantu menyelamatkan posisi mereka seiring dengan pandemi yang menyebar ke seluruh kawasan Eropa.

Baca juga: Bukan Dipajaki, Ini yang Mau Diatur Kemenhub Soal Sepeda

Pemerintah Prancis pun telah membeli beberapa perangkat militer kepada Airbus berupa tanker pengisian bahan bakar serta helikopter. Pemerintah Prancis pun secara khusus menganggarkan 17 miliar dollar AS untuk menyelamatkan industri penerbangan.

Airbus sejauh ini dapat menghindari bailout pemerintah, tetapi perlu menghemat uang. Perusahaan membakar 9 miliar dollar AS dalam bentuk tunai pada kuartal pertama tahun ini, termasuk 4 miliar dollar AS sebagai hukuman terkait hasil investigasi korupsi di Inggris, Prancis dan Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, saat ini Airbus mencatatkan rugi bersih 518 juta dollar AS.

Baca juga: Momen Anggota DPR Usir Bos Holding Tambang BUMN Usai Debat Soal Utang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com