JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) menyatakan, tengah fokus melakukan percepatan pengembangan kilang atau Refinery Development Master Plan (RDMP) dan pembangunan kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, proyek tersebut menjadi penting guna mengatasi permasalahan defisit neraca migas yang masih dialami hingga saat ini.
"Salah satu tanggung jawab Pertamina adalah mengurangi defisit neraca perdagangan dengan membangun kilang," katanya dalam gelaran Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI, Rabu (1/7/2020).
Pasalnya, melalui pengembangan dan pembangunan kilang, produksi bensin dan solar nasional akan meningkat.
Baca juga: Indonesian Government Owes Pertamina $6.8b for Compensation of Cost Differences
Lebih lanjut Nicke menjelaskan, sampai dengan tahun 2026 ditargetkan 4 proyek RDMP dan 1 proyek GRR dapat rampung. Sehingga, produksi akan meningkat dari semula 1 juta barrel per hari, menjadi 2 juta barrel per hari.
Dengan jumlah produksi tersebut, Nicke memastikan Indonesia tidak butuh lagi melakukan solar, bahkan diproyeksi mampu melakukan ekspor.
"Kita enggak impor (solar), malah berlebih, kita lakukan ekspor. Kita hanya butuh sedikit gasoline (bensin) untuk impor," katanya.
Oleh karenanya, demi merealisasikan target tersebut, Nicke meminta dukungan kepada seluruh anggota Komisi VII DPR RI dalam pelaksanaan pengembangan dan pembangunan kilang.
"Kami harap dari bapak ibu anggota Komisi VII bersama-sama lakukan ini agar tidak ada masalah," ucapnya.
Baca juga: Dirut Pertamina: Pemerintah Punya Utang Rp 96,5 Triliun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.