"Produk ini dapat melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut," kata Indi.
Baca juga: Kementan akan Produksi Kalung Eucalyptus, Ini Tanggapan Akademisi UGM
Sebelumnya seperti dikutip dari Kontan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, pihaknya akan memproduksi massal kalung dan minyak eucalyptus antivirus corona pada Agustus 2020.
Kalung dan minyak eucalyptus obat corona tersebut didapatkan dari hasil penelitian Balai Peneilitan dan Pengembangan Kementerian Pertanian dari tanaman kayu putih.
"Ini antivirus corona, dari hasil penelitian dari litbang Kementerian Pertanian. Berasal dari pohon kayu putih. Dari 700 jenis pohon kayu putih satu yang bisa mematikan virus corona. Ini hasil laboratorium kita, dan bulan depan akan kami produksi," kata Syahrul saat ditanya wartawan apa manfat kalung yang baru-baru ini ia kenakan.
Syahrul menjelaskan hal itu pada sela-sela jumpa pers seusai bertemu dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), di Kantor Kementerian PUPR. Pernyataan Syahrul ini juga diunggah di akun Youtube Kementerian Pertanian.
Baca juga: 5 Orang Paling Tajir di Indonesia Berkat Sawit
Pada kesempatan itu Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono ikut menimpali pernyataan Syahrul.
"Kalau tidak yakin, coba!" kata Menteri PUPR Basuki Hadimoeljono.
Syahrul kemudian menjelaskan, antivirus yang ia klaim mampu membunuh virus corona ini sudah dilakukan uji coba.
"Kalau kontak selama 15 menit bisa membuh 42 persen dari virus corona (yang terpapar ke tubuh), kalau setengah jam bisa 80 persen virus corona mati," katanya.
Dikutip dari Kompas.com, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menilai, tak ada relevansi antara kalung antivirus dengan paparan virus corona.
"Saya tidak melihat relevansi yang kuat antara kalung di leher dengan paparan virus ke mata, mulut, dan hidung," kata Dicky, Sabtu (4/7/2020).
Baca juga: Mengenal Eigendom, Bukti Kepemilikan Tanah Warisan Belanda
Ia mengatakan, penularan Covid-19 terjadi melalui beberapa mekanisme seperti droplet aerosol yang terhirup hidung atau melalui sentuhan ke mata dan mulut.
Meski eucalyptus diketahui memiliki potensi antiviral, Dicky menyebutkan, riset tersebut dalam bentuk spray dan filter. Itu pun baru pada jenis virus terbatas yang sudah umum, bukan Covid-19.
Oleh karena itu, dia menganggap produksi produk eucalyptus yang ditujukan untuk mencegah virus corona terlalu dipaksakan dan berpotensi menimbulkan salah persepsi.
"Belum terbukti secara ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah tentang potensi mencegah virus SARS-CoV-2," jelas dia.
Baca juga: Ini Kekayaan Pemilik Susi Air dan Mantan Menteri KKP Susi Pudjiastuti