Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Negatif Akan Diterapkan Bank Sentral Inggris, Apa Risikonya?

Kompas.com - 05/07/2020, 15:17 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Bank sentral Inggris, Bank of England (BoE) tengah membuka peluang untuk melakukan pelonggaran kebijakan dengan menerapkan suku bunga negatif.

Mengantisipasi hal tersebut terjadi, Gubernur BoE Andrew Bailey menuliskan surat kepada perbankan mengenai tantangan suku bunga negatif.

Dikutip dari Reuters Minggu (5/7/2020), di dalam surat tersebut dijelaskan, suku bunga negatif merupakan salah satu instrumen kebijakan yang saat ini sedang ditinjau oleh otoritas moneter.

Hal tersebut mungkin akan terjadi jika komite kebijakan moniter menilai dibutuhkan stimulus tambahan untuk mendorong tercapainya target inflasi bank sentral di kisaran 2 persen.

Baca juga: BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,25 Persen, Ini Alasannya

Di dalam laporan yang dituliskan Sunday Times dijelaskan, Bailey telah melakukan pertemuan dengan pimpinan perbankan pada akhir Juli lalu.

Di dalam pertemuan tersebut, pimpinan bank sentral itu mendiskusikan mengenai potensi pemberlakukan suku bunga acuan negatif dan menyatakan berbagai instrumen kebijakan telah disiapkan otoritas moneter.

Dikutip dari Forbes, bank sentral Inggris pada Maret lalu baru saja memangkas suku bunga acuan menjadi 0,1 persen. Besaran tersebut merupakan yang terendah sepanjang sejarah Inggris.

Head of UK and Ireland Markets JP Morgan Private Bank Oliver Gregson menjelaskan, meski saat ini Inggris telah menjual surat berharga pemerintah dengan yield (imbal hasil) negatif pada awal tahun, namun terdapat jurang besar antara teori dan realita dari suku bunga negatif.

"Ada kemungkinan untuk itu, namun jika suku bunga benar-benar menjadi negatif, apa yang akan terjadi jika shock kembali terjadi? Ada cara lain untuk mestimulasi perekonomian," jelas dia.

Baca juga: Bank Sentral AS Tahan Suku Bunga di Kisaran 0 Persen

Menurut Gregson, dengan penerapan kebijakan suku bunga negatif, banyak bank yang ragu untuk membebankan hal tersebut kepada nasabahnya. Dengan demikian, bank lebih memilih melindungi nasabahnya dengan mengorbankan profitabilitasnya sendiri.

"Hal ini membuat kian sulit bagi bank untuk menyerap kerugian jika terjadi kredit macet. Untuk itu, mereka jadi kian berhati-hati dalam memberikan kredit, keinginan untuk menstimulasi ekonomi justru tidak terjadi," jelas Gregson.

Kehati-hatian ini memiliki efek samping buruk lainnya. Karena bank hanya memberikan kredit ke pihak-pihak dengan risiko rendah,artinya, pihak-pihak yang tengah mengalami kesulitan justru kehilangan akses untuk bisa mendapatkan uang tunai.

Selain itu, suku bunga negatif juga akan merugikan para pensiunan yang hidup dari uang di tabungannya.

Selain itu, menurut Direktur Investasi Rathbones Jane Sydenham menilai akan sangat sulit bagi bank untuk menjelaskan konsep suku bunga negatif kepada nasabahnya.

"Sulit untuk memberi tahu orang-orang bahwa mereka akan mendapatkan bunga negatif pada tabungan mereka. Itu tidak terasa enak dan berpotensi menyebabkan orang menarik uang dari bank, yang bisa membawa pada risiko pencurian hingga kebakaran," ujar dia.

Baca juga: Dalam 2 Hari, 12.000 Pekerjaan Lenyap di Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com