Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPD RI Minta Kementan Fokus Pangan, Bukan Urusi Kalung Antivirus

Kompas.com - 08/07/2020, 08:33 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin meminta Kementerian Pertanian (Kementan) sebaiknya fokus pada ketahanan pangan yang sudah jadi tupoksinya, ketimbang sibuk mewacanakan untuk memproduksi massal kalung antivirus corona.

Dibuat dari tanaman eucalyptus, kalung antivirus corona diklaim Kementan bisa membunuh virus corona hingga 80-100 persen.

"Dalam jangka pendek, di tengah pandemi Covid-19 Kementan sebaiknya fokus pada program ketahanan pangan, kebutuhan pangan. Ini lebih fundamental dari tahun ke tahun,” kata Sultan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (8/7/2020).

Penanganan virus corona sendiri sudah jadi tugas Kementerian Kesehatan. Sehingga sebaiknya Kementan fokus dalam ketahanan pangan, contohnya memastikan produksi beras cukup sehingga tak lagi impor.

Baca juga: Kalung Antivirus Corona, Kementan Bantah Overclaim hingga Akan Uji Klinis

"Persediaan pangan akan menipis. Untuk itu dibutuhkan peningkatan produktivitas sebagai antisipasi keterbatasan pangan dan energi di masa mendatang," ujar Sultan.

Menurut Sultan, rencana memproduksi massal kalung antivirus corona tidak sesuai dengan tupoksi Kementan.

"Dokter, kalangan akademisi bahkan masyarakat awam tidak percaya dengan keampuhan kalung itu. Pertama memang, belum ada bukti uji klinis, kedua sedikit aneh kalau Mentan ngurusin yang bukan bidangnya," ujar Sultan.

Senator asal Bengkulu ini juga mengingatkan agar Kementan hati-hati dan tidak gegabah menggunakan anggaran APBN untuk kepentingan yang di luar kebutuhan.

Baca juga: Pro Kontra Kalung Eucalyptus Kementan yang Diklaim Ampuh Bunuh Corona

"Apalagi Kementan mengatakan akan memproduksinya massal, ini sumber dananya dari mana? Jangan bilang nanti anggarannya dari APBN. Kalau memang tidak bisa dicegah dan memaksa akan produksi kalung itu secara massal silahkan tapi jangan pakai APBN," ujar dia.

Klaim kalung ampuh basmi virus corona

Sebelumnya diberitakan, klaim Kementan soal kalung antivirus corona menuai pro dan kontra.

Kementan mengklaim, dalam berbagai studi disebutkan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.

Selain itu, Kementan juga telah mendaftarkan hak paten kalung antivirus corona dari eucalyptus tersebut. Untuk produksinya, Kementan menggandeng PT Eagle Indo Pharma yang terkenal sebagai produsen minyak kayu putih Cap Lang.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan, Fadjry Djufry, mengklaim kalung "ajaib" dari eucalyptus ini sudah teruji di laboratorium Balitbangtan.

Baca juga: Bukan Antivirus, Kalung Eucalyptus Kementan Dipasarkan Agustus 2020

"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus, mulai dari avian influenza hingga virus corona model yang digunakan. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus," kata dia dikutip dari Antara, Selasa (7/7/2020).

Berdasarkan uji molecular docking dan uji vitro di Kementan, minyak atsiri eucalyptus citridora dapat menginaktivasi virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus sehingga mempunyai kemampuan antivirus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com