Andi menerangkan, produksi baja Indonesia tak kalah dengan China, Vietnam, dan Thailand. Namun, karena mereka bisa memproduksi lebih besar, maka harga yang ditawarkan jadi lebih murah.
“Kita pun harus berkompetisi dengan daya saing harga, kita punya Krakatau Steel yang luar biasa. Tapi, kenapa kebijakan impor ini masih dibuka. Ini jadi persoalan. Yang kita khawatirkan kami punya 514 kabupaten/kota, 34 provinsi bisa-bisa menerima hasil produsen yang tidak ber-SNI,” ujarnya.
Dia pun mengakui, ada beberapa produk baja yang tak bisa dihasilkan di dalam negeri, misalnya rel kereta api.
Baca juga: Tanggapi Pembentukan Nusantara Life, Nasabah Jiwasraya: Kami Ingin Uang Kami Kembali
Namun, untuk produk yang lainnya, pemain baja dalam negeri tak kalah dari negara lainnya.
“Harus ada affirmative action dari pemerintah, setop jangan membuka keran impor lagi, kita besarkan industri kita, jadi tuan di negeri sendiri, dan kita pasti mampu,” kata dia.
Baca juga: Petinggi Bank-bank Papan Atas Nasional Temui Menko Perekonomian, Apa yang Dibahas?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.