Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2020, 07:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak beberapa hari terakhir, lobster tengah jadi polemik panas di Indonesia. Ini setelah Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo melegalkan ekspor benih lobster.

Asal tahu saja, ekspor benih lobster merupakan aktivitas terlarang di era Menteri KKP 2014-2019, Susi Pudjiastuti. Edhy Prabowo menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2020.

Menurut politisi Partai Gerindra ini, pencabutan Peraturan Menteri KP 56 Tahun 2016 tentang Larangan Ekspor Benih Lobster yang diterbitkan Susi Pudjiastuti karena dinilai merugikan masyarakat.

Regulasi ini mengatur pengelolaan hasil perikanan seperti lobster (Panulirus spp.), kepiting (Scylla spp.), dan rajunfan (Portunus spp.).

Baca juga: Ekspor Benih Lobster Masif, Pembudidaya Cemas Tak Dapat Jatah Benur

Polemik ekspor benih lobster ini terkait dengan harganya yang cukup mahal di pasaran. Menurut penentang pembukaan ekspor benih lobster, mengekspor benur tanpa dibesarkan lewat budidaya di Indonesia akan merugikan Indonesia karena nilai ekonominya yang masih rendah.

Melansir Business Insider, Minggu (12/7/2020), harga lobster di pasaran dunia memang sangatlah mahal. Di Amerika Serikat (AS) yang jadi negara yang permintaan lobsternya sangat tinggi di dunia, sepiring menu lobster yang beratnya 1 pound (0,5 kg) di restoran dihargai sekitar 45 dollar AS atau sekitar Rp 630.000 (kurs Rp 14.000).

Harga bisa jauh lebih tinggi tergantung lokasi restoran. Beberapa faktor penting jadi penyebab mahalnya harga lobster di negara-negara tujuan ekspor.

Setelah ditangkap nelayan, distribusi lobster juga terbilang panjang hingga sampai ke meja restoran. Tak seperti komoditas perikanan lain, hampir sulit menemukan tempat budidaya lobster yang bisa menghasilkan lobster dengan harga murah.

Baca juga: Kata Edhy, Larangan Ekspor Benih Lobster Banyak Merugikan Masyarakat

Ini lantaran makhluk yang dikategorikan sebagai crustea ini memiliki pertumbuhan yang lambat, banyak makan, dan rentan terhadap penyakit. Selain itu, membudidayakan lobster untuk diambil telurnya juga sangat sulit.

Kondisi ini yang menyebabkan benih losbter harus diambil dari alam oleh nelayan. Suplai benih lobster sendiri memang sangat mengandalkan alam liar.

Padahal, sebelum semahal saat ini, lobster dulunya merupakan makanan yang sama sekali tak dianggap.

Dilansir dari Time, di masa kolonial, lobster bukan makanan kalangan kelas atas atau restoran mewah. Sebaliknya, lobster adalah makanan untuk orang-orang miskin karena harganya yang murah dan ketersediaan di alam saat itu sangat melimpah.

Baca juga: KKP Siap Beri Pinjaman Lunak untuk Nelayan Pembudidaya Lobster

Saking murahnya ketimbang membeli ikan, lobster dijadikan makanan untuk para tahanan di Massachusetts, Amerika Serikat (AS). Ini dilakukan pemerintah untuk menghemat ongkos makan para narapidana di penjara.

Lobster dihidangkan hampir setiap hari di dalam penjara. Hal ini membuat para napi protes karena lauk lobster dianggap terasa sangat hambar.

Belakangan, pengelola penjara akhirnya membuat aturan baru dengan menghidangkan lobster untuk konsumsi napi hanya tiga kali dalam seminggu.

Sementara itu, Kepala Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Riyanto Basuki, menerangkan lobster memang butuh perairan yang sangat ideal untuk bertelur.

Baca juga: Polemik Kader Gerindra di Pusaran Ekspor Benih Lobster

Hanya di beberapa tempat di dunia yang dinilai cocok untuk habitat lobster bernilai tinggi seperti spesies panulirus sp yang banyak diminati di pasar ekspor.

Menurut Riyanto, Vietnam meski memiliki perairan, lokasi negara tersebut kurang ideal untuk pengembangan benih lobster dibandingkan dengan beberapa pantai di Indonesia.

Dikatakannya, lobster mahal seperti panulirus sp umumnya bertelur di perairan tropis yang memiliki karang yang baik dan berpasir. Pantai Pangandaran salah satu di antaranya.

"Lobster itu butuh yang namanya tingkat kecocokan. Lobster yang dibudidaya dengan yang ditangkap di alam kan juga berbeda. Nah di Indonesia yang paling cocok itu seperti di Pangandaran dan Lombok Timur," ujar Riyanto kepada Kompas.com.

Baca juga: Menteri Edhy: Potensi Lobster Punah Itu Tidak Ada!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

PT Pelni Buka Lowongan Kerja untuk Posisi Perawat, 'Fresh Graduate' Boleh Daftar

PT Pelni Buka Lowongan Kerja untuk Posisi Perawat, "Fresh Graduate" Boleh Daftar

Work Smart
BPR Resmi Ganti Nama Jadi Bank Perekonomian Rakyat

BPR Resmi Ganti Nama Jadi Bank Perekonomian Rakyat

Whats New
Empat Perusahaan Ini Segera IPO, Simak Prospektus Singkatnya

Empat Perusahaan Ini Segera IPO, Simak Prospektus Singkatnya

Whats New
Dukung Pariwisata Bali, ASDP Siap Kembangkan Pelabuhan Gilimanuk

Dukung Pariwisata Bali, ASDP Siap Kembangkan Pelabuhan Gilimanuk

Whats New
Pentingnya Partisipasi Masyarakat Awasi Pendistribusian BBM Subsidi

Pentingnya Partisipasi Masyarakat Awasi Pendistribusian BBM Subsidi

Whats New
Pentingnya 'Critical Mineral' untuk RI, Sebagai Produsen Nikel Terbesar Dunia

Pentingnya "Critical Mineral" untuk RI, Sebagai Produsen Nikel Terbesar Dunia

Whats New
KCIC Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK, Ini Posisi dan Syaratnya

KCIC Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK, Ini Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Ganjar: UMKM Harus Dipelihara, untuk Ciptakan Pengusaha-pengusaha Baru

Ganjar: UMKM Harus Dipelihara, untuk Ciptakan Pengusaha-pengusaha Baru

Whats New
Jangan Sampai Kena 'Jebakan' Taksi Liar, Berikut Daftar 10 Taksi Resmi di Bandara Soekarno-Hatta

Jangan Sampai Kena "Jebakan" Taksi Liar, Berikut Daftar 10 Taksi Resmi di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Asuransi Manulife Catat Pendapatan Premi Rp 10 Triliun Sepanjang 2022

Asuransi Manulife Catat Pendapatan Premi Rp 10 Triliun Sepanjang 2022

Whats New
Belum Ada yang Beli, Pesawat Airbus A220 Tak Dilirik Maskapai RI?

Belum Ada yang Beli, Pesawat Airbus A220 Tak Dilirik Maskapai RI?

Whats New
BPH Migas Gandeng DPR dan Masyarakat Awasi Penyaluran BBM Bersubsidi

BPH Migas Gandeng DPR dan Masyarakat Awasi Penyaluran BBM Bersubsidi

Whats New
Kebijakan Subsidi Jokowi Dikritik: UMKM Tidak Butuh Motor Listrik

Kebijakan Subsidi Jokowi Dikritik: UMKM Tidak Butuh Motor Listrik

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg

Spend Smart
Pertamina Investigasi Penyebab Insiden Truk Tangki BBM Terbakar di Tol Merak

Pertamina Investigasi Penyebab Insiden Truk Tangki BBM Terbakar di Tol Merak

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+