“Kami juga melakukan pemotongan signifikan gaji dari seluruh jajaran komisaris dan direksi dari April,” ucap dia.
Baca juga: Garuda Ajukan Skema MCB untuk Dana Talangan Rp 8,5 Triliun
3. Negosiasi dengan lessor
Dilansir dari Antara, Irfan mengaku sempat mengancam perusahaan leasing (sewa) atau lessor pesawat jika tak kunjung menyetujui restrukturisasi sewa pesawat di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Diskusi kita dengan lessor hampir 3 bulan, kita diskusi apapun sampai kita mengancam lah istilahnya. Kalau lo enggak mau ngikutin gue, ambil aja lah itu pesawatnya,” kata Irfan.
Namun, ia menuturkan pihak lessor akhirnya tidak ada yang menarik kembali armada pesawat Garuda karena situasi yang sulit ini.
Irfan menyebutkan total biaya sewa yang disetorkan tiap bulannya berkisar 70 juta dolar AS, namun pihaknya masih mengupayakan penurunan di level 15-20 juta dolar AS per bulan.
Baca juga: 400 Karyawan Garuda Indonesia Pilih Pensiun Dini
“Ini kalau kita kalikan 12 kita akan sampai 200 juta dolar AS saving (penghematan) hanya dari lessor ini,” katanya.
Total pesawat yang disewa Garuda, yakni 155 pesawat dari 26 perusahaan leasing di antaranya untuk pesawat Boeing-777, Boeing-737, CRJ-1000 serta ATR-72.
4. Kembalikan pesawat yang tidak efisien
Selain restrukturiasasi sewa pesawat, Garuda juga mengembalikan 18 unit armada pesawat Bombardier CRJ-1000 dan Airbus yang dinilai tidak cocok.
“Yang kedua adalah pesawat yang tidak cocok buat Garuda kita kembalikan. Kontraknya ada yang 10 tahun, 12 tahun,” kata dia.
Baca juga: Keuangan Garuda: Utang Rp 31,9 Triliun, Kas Rp 210 Miliar
Untuk pesawat Bombardier CRJ-1000 terdapat 18 unit yang akan dikembalikan.
“CRJ ada 18 pesawat, hari ini full grounded (dikandangkan total). Ini yang kita sedang lagi coba possibility (kemungkinan) dikembalikan ke mereka,” kata Irfan.
Untuk pesawat Airbus, Irfan mengaku adanya ketidaksesuaian dalam kontrak yang merugikan Garuda, karena itu pihaknya meminta bantuan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia serta pemerintah Inggris untuk menuntut ganti rugi.
“Kita dalam proses mita ganti kerugian Airbus lewat pemerintah Inggris dengan bantuan Kumham sudah menyampaikan surat. Mereka sudah mengetahui ketidakpatutan dalam pembuatan. Ini yang kita sedang dalam proses mendapatkan pengembalian,” ungkap Irfan.
Baca juga: Sejarah Garuda Indonesia: Sumbangan Rakyat Aceh dan Patungan Belanda
(Sumber: KOMPAS.com/Ade Miranti | Editor: Bambang P. Jatmiko, Yoga Sukmana, Sakina Setiawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.