Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Neraca Perdagangan RI Surplus pada Juni 2020

Kompas.com - 15/07/2020, 12:38 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan indonesia pada Juni 2020 mencatatkan surplus 1,27 miliar dollar AS.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, realisasi neraca perdagangan tersebut cukup menggembirakan, disebabkan oleh realisasi ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor.

Pada Juni 2020 realisasi ekspor sebesar 12,03 miliar dollar AS, atau meningkat 15,09 persen jika dibanidingkan dengan Mei 2020. Sedangkan impor menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu sebesar 27,56 persen menjadi 10,76 miliar dollar AS.

Baca juga: Kebiasaan BUMN yang Buat Neraca Dagang RI Tekor

"Pada bulan Juni neraca perdagangan surplus 1,27 miliar dollar AS dengan catatan pertumbuhan ekspor menggembirakan," ujar dia ketika memberikan keterangan pers, Rabu (15/7/2020).

Suhariyanto menjelaskan, kinerja pertumbuhan ekspor Juni cukup cemerlang lantaran hampir semua sektor mengalami pertumbuhan.

Ia memberi contoh, ekspor pertanian yang realisasinya meningkat 18,99 persen, industri pengilajhan meningkat 15,96 persen, dan pertambangan naik 13,69 persen jika dibandingkan posisi Mei 2020 lalu.

Lebih rinci dijelaskan, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$580 juta miliar atau naik 3,8 persen dari bulan sebelumnya. Sementara ekspor nonmigas sebesar 11,45 miliar dollar AS atau meningkat 15,73 persen.

Baca juga: Neraca Dagang RI Bulan Mei Surplus tapi Disebut Tak Menggembirakan

Peningkatan nilai ekspor migas terjadi karena harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik 42,9 persen menjadi 36,6 per dollar AS barel pada Juni 2020. Begitu juga harga beberapa komoditas ekspor nonmigas.

"Ada beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga seperti minyak sawit, karet, kernel, tapi batu bara turun tipis," katanya.

Dari sisi impor, pertumbuhan ditopang oleh impor non migas yang mencapai 10 miliar dollar AS atau tumbuh 29,64 persen.

Sementara untuk impor migas realisasinya sebesar 680 juta dollar AS atau tumbuh 2,98 persen.

Peningkatan impor nonmigas berasal dari barang konsumsi mencapai 51,1 persen menjadi 1,41 miliar dollar AS.

Suhariyanto menjelaskan, komoditas dengan impor cukup tinggi adalah bawang putih dari China, daging beku dari Australia, obat-obatan dari Inggris, dan buah pir dari China.

Kemudian, impor barang baku/penolong bauk 24,01 persen menjadi 7,58 miliar dollar As. Peningkatan terjadi di komoditas emas dari Singapura, gula mentah dari Thailand, dan bijih besi dari Australia.

Lalu, impor barang modal meningkat 27,35 persen menjadi 1,77 miliar dollar AS. Peningkatan dari impor laptop dari China dan mesin dari Jerman.

Secara struktur, impor didominasi oleh barang baku/penolong mencapai 70,39 persen dari total impor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com