Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Resesi, Ini Kinerja Perdagangannya dengan Indonesia

Kompas.com - 15/07/2020, 13:37 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan kinerja perekonomian kuartal II tahun ini, Singapura secara resmi mengalami resesi.

Pasalnya, secara dua kuartal bertutrut-turut, kinerja perekonomian Singapura mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) negatif.

Pada kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Singapura tercatat minus 0,7 persen. Lalu, pada Selasa (14/7) Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Negeri Singa anjlok 41,2 persen pada kuartal II 2020.

Namun demikian, realisasi ekspor RI ke Negeri Singa itu tercatat masih meningkat hingga 137,3 juta dollar AS.

Baca juga: Fakta Seputar Resesi Parah yang Melanda Singapura

"Singapura baru saja mengumumkan PDB kuartal II secara teknis mengalami resesi karena dua kali kuartal pertumbuhan PDB mreka negatif, tapi bisa dilihat selama Juni 2020 ekspor ke Singapura meningkat 137,3 juta dollar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto ketika memberi paparan, Rabu (15/7/2020).

Suhariyanto menjelaskan beberapa komoditas utama yang mengalami peningkatan ekspor dari RI ke Singapura adalah logam mulia seperti emas dan permata, kemudian mesin dan peraltan mekanik.

Selain itu dari segi impor, Indonesia juga masih mencatatkan pertumbuhan impor dari Singapura.

Pada Juni 2020, impor dari Singapura tercatat masih tumbuh 129,2 juta dollar AS.

Faktor Pemicu

Untuk diketahui, secara lebih detil resesi yang terjadi di Singapura dipicu oleh kinerja beberapa sektor perekonomian yang negatif.

Sektor manufaktur merupakan satu-satunya kegiatan perekonomian yang mencatatkan pertumbuhan hingga 2,5 persen (yoy), meski cenderung melambat jika dibandingkan dengan kuartal pertama yang sebesar 8,2 persen. Pertumbuhan didorong oleh lonjakan output pada subsektor manufaktur biomedis.

Namun demikian, melemahnya permintaan eksternal akibat kinerja perusahaan terganggu lantraan kebijakan circuit breaker turut membenai output dari manufaktur bahan kimia, teknik transportasi, hingga manufaktor umum.

Jika dihitung secara kuartalan, sektor manufaktur menyusut 23,1 persen, kontras jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang masih bisa tumbuh 45,5 persen.

Sektor jasa menyusut 13,6 persen tahun ke tahun, naik dari penurunan 2,4 persen kuartal sebelumnya. Sektor-sektor terkait pariwisata seperti akomodasi dan transportasi udara terus dihambat oleh pembatasan perjalanan global.

Sementara itu, layanan berorientasi luar lainnya seperti perdagangan grosir dan transportasi air terpukul akibat penurunan permintaan eksternal karena banyak negara bergulat dengan pandemi.

Kebijakan circuit breaker yang mengharuskan warga Singapura untuk tinggal di ruma merugikan sektor layanan yang berorientasi domestik seperti layanan makanan, ritel, dan layanan bisnis.

Secara kuartalan, industri-industri yang memproduksi jasa menyusut 37,7 persen pada kuartal kedua, lebih dalam dari kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 13,4 persen.

Sektor konstruksi terpukul paling parah, karena sebagian besar kegiatan konstruksi harus ditunda, menyusut 54,7 persen tahun ke tahun, dibandingkan dengan penurunan kuartal sebelumnya 1,1 persen.

Dengan sebagian besar kegiatan terhenti selama II tahun ini, dan langkah-langkah tambahan Covid-19 yang mengakibatkan keterbatasan tenaga kerja, sektor konstruksi menyusut 95,6 persen secara kuartalan, jauh lebih buruk daripada kontraksi 12,2 persen kuartal pertama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com