Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Pandemi Covid-19, RI Tetap Kejar Ambisi Jadi Negara Maju

Kompas.com - 20/07/2020, 13:32 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah bakal tetap mengejar visi sebagai negara maju di tahun 2045 mendatang.

Dengan demikian, Indonesia harus bisa mengupayakan perekonomian untuk tetap tumbuh di kisaran 5 persen hingga 6 persen dalam beberapa tahun ke depan.

Padahal saat ini, RI dan negara-negara lain di seluruh dunia tengah dihadapkan pada krisis yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Covid-19).

Baca juga: Chatib Basri: Dorong Permintaan, Berikan Uang ke Kelompok Menengah Bawah

"Kami lanjutkan PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) tapi harus sadar kita dalam konteks mengejar visi jadi negara maju," ujar Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu dalam video conference, Senin (20/7/2020).

"Kita baru saja oleh Bank Dunia masuk sebagai upper middle income country, pendapatan per kapita kita 4.050 dollar AS per tahun," sambung dia.

Untuk diketahui, Bank Dunia baru saja menaikkan peringkat Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income) dari sebelumnya negara dengan pendapatan menengah ke bawah (lower middle income).

Baca juga: Ternyata Ini yang Bikin Orang Kaya Makin Kaya

Kenaikan status tersebut diberikan setelah berdasarkan assessment Bank Dunia terkini Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia tahun 2019 naik menjadi 4.050 dollar AS dari posisi sebelumnya 3.840 dollar AS.

Febrio pun mengatakan, upaya untuk menjadi bagian dari negara maju dilakukan dengan memanfaatkan momentum bonus demografi yang membuat Indonesia memiliki angkatan muda dengan produktifitas yang tinggi.

"Kita bercita-cita, visi jauh ke depan. Ini (pandemi) pasti berlalu. Anak cucu kita mengalami yang mananya bonus demografi, kita sekarang bangsa yang muda, angka ketergantungan, yaitu jumlah orang produktif lebih besar dari yang tidak produktif," ujar Febrio.

Baca juga: 2 Karyawan Positif Covid-19, Kantor Pusat PLN Ditutup Sementara

"Jadi kita harus memastikan yang produktif bisa seproduktif mungkin akan pertumbuhan ekonomi tumbuh di atas 5 persen rata-rata atau bahkan 6 persen agar 25 tahun sekarang bisa menjadi negara maju," sambungnya.

Namun demikian, Febrio mengakui untuk bisa mencapai hal tersebut RI harus melalui proses yang tak mudah.

Sebab akibat pandemi Covid-19, Indonesia harus merogoh anggaran yang cukup dalam untuk membiayai proses pemulihan ekonomi.

Baca juga: BI Proyeksi Ekonomi Kuartal II Bisa Minus 4,8 Persen

Hingga saat ini, pemerintah telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 695,2 triliun sebagai paket stimulus perekonomian yang dikucurkan baik untuk sektor kesehatan, UMKM, bantuan sosial, hingga untuk korporasi dan pemerintah daerah serta sektoral.

Selain itu, lembaga dunia pun memproyeksi perekonomian RI hingga akhir tahun juga diproyeksi bakal tidak tumbuh atau mengalami stagnasi. Meski, pemerintah optimistis Indonesia masih bisa pertumbuhan ekonomi masih bisa tumbuh di zona positif di kisaran minus 0,4 persen hingga 1 persen.

"Ini berat tapi kita enggak bisa menyerah. Kita harus ikhtiar dan mengejar ketertinggala kita dari negara yang sudah di depan. Ini bukan mustahur dan harus dilakukan, generasi ini harus membawa negara kita maju," ujar dia.

Baca juga: Mengenal Sandwich Generation yang Banyak Dijumpai di Negara Berkembang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com