Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Kurangi Ketergantungan terhadap Bahan Bakar Fosil, Pemerintah Terus Kembangkan "Green Fuel" Berbasis Sawit

Kompas.com - 21/07/2020, 17:13 WIB
Inang Sh ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Direktur Bioenergi Andriah Feby Misna mengatakan, pemerintah saat ini tengah melakukan pengujian terhadap B40 (campuran 40 persen biodiesel dalam bahan bakar solar) dan pengembangan green fuel berbasis sawit.

Nantinya, pengembangan ini diharapkan dapat menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100) dan Green Jet Avtur (J100) yang berbasis Crude Palm Oil (CPO).

"Pemerintah tengah menggandeng PT Pertamina untuk mengembangkan green fuel pada kilang-kilang Pertamina di sentra produksi sawit,” kata Feby dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (18/7/2020).

Pengembangan tersebut, baik secara co-processing di kilang-kilang existing, maupun dengan pembangunan kilang baru (stand alone) ke depannya, didedikasikan untuk green fuel.

Baca juga: Pertamina Siap Produksi Solar dari 100 Persen Minyak Sawit

“Produk green fuel karakternya mirip dengan bahan bakar berbasis fosil. Bahkan untuk beberapa parameter, kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil," ujarnya.

Pemerintah pun terus mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati. Selain sebagai bahan bakar ramah lingkungan, juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi fosil.

Saat ini, pemerintah telah menerapkan program mandatori B30 (campuran 30 persen biodiesel dalam bahan bakar solar) yang berlaku efektif per 1 Januari 2020.

Feby menjelaskan bahwa green diesel atau Diesel Biohydrokarbon memiliki keunggulan dibanding diesel berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester (FAME).

Baca juga: Sawit Indonesia dan Isu Konservasi di Tengah Kontroversi

Keunggulan tersebut, seperti cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfur content yang lebih rendah, oxidation stability-nya juga lebih baik, dan warna yang lebih jernih.

Kemudian, Pertamina juga menggunakan cara co-processing, yaitu cara untuk memproduksi green fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan.

"Saat ini, Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang existing menggunakan katalis Merah-Putih hasil karya anak bangsa, Tim ITB," ujar Feby.

Ia meneruskan Pertamina juga menguji coba secara bertahap yang dimulai dari campuran 7,5 persen, 12,5 persen, hingga 100 persen untuk Refinery Unit (RU) II, Dumai.

Baca juga: Indonesia Sustainable Palm Oil dan Legalitas Sawit Rakyat

"Kita patut mengapresiasi keberhasilan Pertamina memproduksi green diesel dengan bahan baku 100 persen CPO,” kata Feby.

Perbedaan antara B100 dengan D100DOK. Humas Ditjen EBTKE Perbedaan antara B100 dengan D100

Dia berharap, uji coba itu bisa dilanjutkan di RU lainnya dan diimplementasikan secara berkelanjutan.

“Dengan begitu, kita benar-benar bisa mandiri dalam menghasilkan bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dengan bahan baku dari dalam negeri," tandasnya.

Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nabati, saat ini pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati.

Baca juga: Referendum Tolak Kelapa Sawit Indonesia Masuk Mahkamah Konstitusi Swiss

Nomenklatur tersebut, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), avtur biohidrokarbon (J100).

Berbagai Istilah Bahan Bakar Nabati

Adapun, Biodiesel/FAME/B100 adalah Bahan Bakar Nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa Ester Metil Asam Lemak (Fatty Acid Methyl Ester, FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.

Solar/Diesel/B0 adalah bahan bakar jenis destilat yang digunakan untuk mesin diesel “compression ignition”.

Baca juga: 5 Orang Paling Tajir di Indonesia Berkat Sawit

Biodiesel FAME dalam BBM Diesel/Bx adalah Campuran xx%-volume biodiesel (FAME) dalam BBM Solar.

Green-diesel/diesel nabati/D100 adalah minyak hidrokarbon tanpa kandungan oksigenat untuk bahan bakar mesin diesel putaran tinggi yang berasal dari bahan nabati melalui berbagai teknologi proses tertentu.

Green-gasoline/bensin nabati/G100 adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan roda dua, tiga, atau empat.

Secara sederhana, bensin nabati tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C5 (petana) sampai dengan C11 dengan angka oktan atau Research Octane Number (RON) minimal 90.

Baca juga: Pemasaran Produk Kelapa Sawit Indonesia Mulai Ditolak di Swiss

Bioavtur/biojet/Jet-Biofuel/J100 adalah bakar bakar alternatif untuk pesawat terbang bermesin turbin dengan bahan baku dari sumber nabati yang dapat diperbaharui (renewable) melalui berbagai teknologi proses tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com