JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah berencana melakukan pembangunan fasilitas pengolahan sampah dengan sistem Refuse Derived Fuel (RDF) secara masif. Rencana tersebut sejalan dengan upaya pemerintah mengatasi penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, berdasarkan hasil studi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terdapat 34 titik yang dapat dibangun dibangun fasilitas RDF dalam waktu dekat.
"Seperti yang Bu Vivien (Dirjen PSLB3 KLHK) sampaikan, ada kira-kira 34 titik yang segera bisa kita jalankan," ujarnya saat meresmikan RDF Cilacap, Selasa (21/7/2020).
Baca juga: Resmikan RDF, Luhut: Presiden Sudah Kritik Kami Para Pembantunya...
Pembangunan satu fasilitas RDF saat ini disebut memakan total investasi sebesar Rp 70 miliar hingga Rp 80 miliar.
Luhut berharap, dengan adanya rencana pengembangan fasilitas pengolah sampah menjadi briket tersebut secara masif dapat mengurangi biaya kebutuhan investasi.
"Kalau kita bisa bikin banyak buatan dalam negeri, kita berharap cost-nya itu turun," kata dia.
Sementara itu, Dirjen PSLB3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, dengan potensi kemampuan serap pabrik semen dan pembangkit listrik tenaga uap, maka diperkirakan sampah yang dapat diolah menjadi sumber energi setiap harinya mencapai 28.000 ton.
Baca juga: Ekonom Core Nilai Realisasi Belanja Bansos Lambat
"Potensinya adalah industri semen seluruh Indonesia berarti 16.000 ton per hari sampah di Indonesia bisa diolah. Kalau dengan PLTU bisa mencapai 28.000 ton per hari," ujarnya.
Selain mengurangi penumpukan sampah di TPA, fasilitas RDF juga mampu menjadi salah satu alternatif sumber energi terbarukan.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebutkan, produksi briket dari RDF Cilacap saja akan mampu memasok 3 persen kebutuhan PLTU di wilayah tersebut.
Baca juga: Pemerintah Pastikan Gaji Ke-13 PNS Cair pada Agustus 2020
Selain itu, penggunaan briket sebagai pengganti batu bara dapat menghemat biaya bahan bakar PLTU.
Pasalnya, briket diperjualbelikan dengan harga sekitar Rp 300.000 per ton atau setara 20 dollar AS per ton. Sementara batu bara masih dijual pada kisaran 40-50 dollar AS per ton.
"Kalorinya kira-kira sama 3.000 kalori," ucap Arifin.
Baca juga: Beli Hewan Kurban Bisa Pakai OVO, Ini Harganya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.