JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat negara-negara melakukan penutupan wilayah (lockdown) dan cenderung memproteksi perdagangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Akibatnya perekonomian global pun terpukul.
Mantan kepala ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Raghuram G Rajan mengatakan, dalam kondisi demikian ekonomi negara-negara berkembang paling terdampak. Lantaran, kemampuan fiskal yang dimiliki lebih terbatas.
Baca juga: Sri Mulyani Sebut Perekonomian Mulai Bergeliat, Ini Indikatornya
"Untuk negara berkembang, ada risiko sangat besar kalau mereka justru akan tenggelam, seperti Peru, Meksiko, Brazil, India, dan lainnya," ujarnya dalam diskusi virtual DBS Asian Insight Conference 2020, Kamis (23/7/2020).
Pemulihan ekonomi global pun harus segera dilakukan, khususnya pada negara-negara berkembang. Ini dapat dilakukan dengan mendorong investasi dan meningkatkan perdagangan global.
"Kalau mereka (negara berkembang) tidak bisa memberikan stimulus fiskal ke dalam negeri, maka pemulihan pertumbuhan ekonomi itu datang dari luar. Itulah mengapa sangat penting investasi global dan pergadangan harus terbuka selama beberapa tahun kedepan," kata mantan gubernur bank sentral India itu.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya sejumlah negara tidak memproteksi perdagangan terlalu ketat, melainkan meningkatkan arus perdagangan global.
Baca juga: IMF: Covid-19 Sebabkan Perekonomian Global Rugi Rp 168.000 Triliun
Hal ini hanya bisa dilakukan jika para pemimpin negara mau terlibat bersama mendorong perdagangan dan memulihkan rantai pasok global. Terutama Amerika Serikat (AS) dan China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
"Multilateral memiliki peran besar di sini, karena sektor swasta akan bisa maju, jika penjabat negaranya memberikan dorongan, jadi ini harus datang dari mereka (para pemimpin negara)," ungkapnya.
Sebelum pandemi, proteksi perdagangan memang sudah dilakukan oleh AS dan China, keduanya melakukan perang dagang dengan pengenaan tarif sejumlah komoditas.
Rajan menilai, sudah saatnya kedua negara mengakhirinya untuk mendorong pemulihan ekonomi global.
"Pada titik ini akan sangat bijaksana (mengakhiri proteksi perdagangan). Oleh sebab itu, sebetulnya ada peran besar yang dimainkan pemimpin di tingkat global, terutama bersatunya dua negara yang penting tersebut," kata dia.
Raghuram mengatakan, dengan adanya pemilu presiden di AS pada tahun ini diharapkan bisa mendorong terbentuknya kebijakan yang menjadi titik balik dari penyelesaisan persoalan perang dagang ini.
Baca juga: Menkeu Selandia Baru: Kondisi Perekonomian Lebih Baik dari yang Diproyeksi
Di sisi lain, peran negara-negara lainnya juga dibutuhkan untuk memediasi AS dan China.
"Negara-negara lain yang lebih kecil ini, bisa mendorong mereka bisa bersatu dalam dialog tertentu. Jadi bukan dengan bilateral tapi multilateral dalam menangani hal tersebut (pemulihan ekonomi global)," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.