Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 "Serangan" Adian Napitupulu ke Erick Thohir

Kompas.com - 27/07/2020, 07:31 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

Adian menganggap kebijakan Menteri BUMN Erick Thohir tak konsisten. Banyak pensiunan yang menjabat di BUMN. Padahal, awalnya, Erick mengeluhkan adanya orang-orang lama berusia tua yang menempati posisi-posisi strategis di perusahaan negara.

Namun, belakangan justru banyak penempatan pensiunan di BUMN. Dia mempermasalahkan, kenapa Kementerian BUMN tidak memprioritaskan pemilihan komisaris dari unsur partai koalisi di pemerintahan Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

4. Persoalkan penunjukan bos Garuda

Adian mempermasalahkan penunjukan sejumlah pimpinan BUMN yang ia rasa tidak pas, salah satunya posisi CEO Garua Indonesia, Irfan Setiaputra.

Menurut Adian, Irfan tak mempunyai latar belakang di dunia maskapai penerbangan dan sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai CEO perusahaan tambang.

Baca juga: Babak Baru Perseteruan Adian Napitupulu Vs Stafsus Erick Thohir

Adian tak yakin Irfan bisa membuat maskapai Garuda Indonesia mengalami kemajuan, apalagi saat kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.

"Kalau saya tidak percaya. Ini bukan situasi normal. Bos perusahaan perkebunan saja buruh adaptasi kalau pindah ke perusahaan perkebunan lain," kata Adian.

5. Dana talangan BUMN

Adian Napitupulu meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk tak mengambil opsi dana talangan BUMN, seperti yang dilakukan untuk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Kata Adian, talangan talangan kepada Garuda Indonesia tak diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pencairan dana talangan, sebaliknya bisa menabrak aturan yang sudah ada.

Baca juga: Tentang Dana Talangan BUMN yang Dipersoalkan Adian Napitupulu

Sementara jika menggunakan skema penyertaan modal negara (PMN), maka konsekuensinya yakni ada penambahan persentase saham milik pemerintah sekaligus mengurangi persentase pemilik saham lainnya (terdilusi).

Sebelumnya, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Menteri BUMN Erick Thohir memaparkan, ada tiga skenario suntikan dana bagi perusahaan BUMN.

Salah satu skenario, sekitar 14 persen atau Rp 19,65 triliun diberikan sebagai dana talangan bagi lima BUMN, yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, dan Perum Perumnas.

Baca juga: Soal Ribuan Orang Titipan di BUMN, Stafsus Erick: Bung Adian Napitupulu Ini Jadi Banyak Blundernya...

Masing-masing dari BUMN tersebut secara berurutan mendapatkan alokasi dana talangan untuk modal kerja sebesar Rp 8,5 triliun, Rp 3,5 triliun, Rp 4 triliun, Rp 3 triliun, dan Rp 650 miliar.

Kondisi lima perusahaan BUMN itu cukup berat di tengah pandemi Covid-19. Mayoritas perusahaan dililit utang dan beberapa perusahaan sudah lama dalam kondisi rugi, seperti Krakatau Steel.

6. Pergantian logo BUMN

Soal perubahan logo Kementerian BUMN yang diusung Menteri BUMN Erick Thohir, juga tak luput dari kritik Adian. Alasannya, kata dia, pergantian logo BUMN bukan perkara yang mendesak saat ini.

"Setahu saya logo tidak menyelesaikan virus, tidak bisa membuat orang menjadi kenyang dan tidak akan mampu mencegah PHK massal," ungkap mantan aktivis 1998 ini.

Baca juga: Tidak Terima Disebut Tak Mengerti Korporasi, Ini Respon Adian Napitupulu

(Sumber: KOMPAS.com/Akhdi Martin Pratama | Editor: Erlangga Djumena, Yoga Sukmana, Bambang P. Jatmiko)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com