Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penasaran seperti Apa Kondisi Ekonomi Palestina?

Kompas.com - 27/07/2020, 12:02 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Sebagai negara yang selama puluhan tahun dilanda konflik dengan Israel, Palestina bisa dibilang memiliki perekonomian yang hampir tak pernah stabil. Negara ini praktis banyak mengandalkan bantuan internasional untuk menggerakkan roda ekonominya.

Selain itu, dengan banyaknya wilayah yang diduduki Israel, warga Palestina juga sangat bergantung pada Israel. Wilayah Palestina kini hanya menyisakan Jalur Gaza dan Tepi Barat, itu sebagian wilayahnya juga dikuasai Israel.

Selain dari donasi asing, warga Palestina menggantungkan hidup dengan bekerja di sejumlah lahan industri, pertanian, dan perkebunan, serta sektor konstruksi. Banyak di antaranya merupakan perusahaan milik Israel. Di Jalur Gaza, sebagian kecil penduduknya berprofesi sebagai nelayan. 

Kurangnya sumbangan dari negara donatur juga semakin mencekik perekonomian Palestina. Keadaannya bertambah parah karena Israel melarang impor barang-barang ke Gaza yang dianggapnya bisa digunakan untuk keperluan militer.

Baca juga: Menkes Palestina Minta Bantuan BPOM, Buat Apa?

Selain itu, dalam perdagangan ekspor impor, Israel juga sangat mendominasi ekonomi Palestina. Tel Aviv adalah partner dagang utama Palestina yang menyumbang 80 persen dari ekspor Palestina.

Jalan Harun al-Rayid di Gaza City ini dibangun dengan bantuan dana dari Qatar. Kini Arab Saudi mendesak Qatar menghentikan dukungannya terhadap Hamas, penguasa Jalur Gaza.MOHAMMED ABED / AFP Jalan Harun al-Rayid di Gaza City ini dibangun dengan bantuan dana dari Qatar. Kini Arab Saudi mendesak Qatar menghentikan dukungannya terhadap Hamas, penguasa Jalur Gaza.

Lalu, bagaimana kondisi ekonomi di Palestina setelah pandemi virus corona (Covid-19)?

Mengutip laporan dari Bank Dunia yang dirilis Juni 2020, pandemi Covid-19 membuat ekonomi Palestina sangat terpukul. Tahun lalu saja, pertumbuhan ekonomi di negara itu hanya 1 persen.

Lalu, pada tahun 2020, ekonomi Palestina diprediksi akan terkontraksi setidaknya 7,6 persen. Palestina bisa mengalami dampak lebih buruk lagi seandainya Israel terus mencaplok wilayahnya di Tepi Barat.

Bahkan, kontraksi ekonomi pada tahun ini bisa lebih parah, yakni mencapai 11 persen jika otoritas Palestina lambat melakukan penanganan.

Baca juga: Bagaimana Ekonomi Timor Leste Setelah 18 Tahun Merdeka dari Indonesia?

"Dengan adanya pandemi Covid-19 di bulan ketiga, ini akan memengaruhi kehidupan dan mata pencarian orang Palestina. Otoritas Palestina sendiri telah berupaya keras untuk menanggulangi pandemi," jelas Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Gaza, Kanthan Shankar, seperti dikutip, Senin (27/7/2020).

"Namun, di sisi lain, donasi dari luar juga terus menyusut dan terbatasnya instrumen ekonomi. Kondisi ini membuat pemerintah dalam kondisi sulit untuk melindungi ekonomi warganya," kata dia lagi.

Bahkan, menurut laporan Bank Dunia, lebih dari seperempat warga Palestina hidup di bawah garis kemiskinan sebelum datangnya virus corona.

Pasca-pandemi, jumlah warga miskin diperkirakan meningkat tajam, antara lain sebesar 30 persen di Tepi Barat dan 64 persen di Jalur Gaza.

Baca juga: Pemerintah: Indonesia Punya Peluang Selamat dari Jurang Resesi

Yang lebih mencolok adalah tingkat pengangguran kaum muda Palestina yang berada di level 38 persen. Angka pengangguran ini sangat mengkhawatirkan, jauh di bawah rata-rata negara kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dengan kondisi sulit seperti sekarang yang ditambah dengan semakin intensifnya blokade Israel, tumbuhnya ekonomi digital diharapkan bisa mengurangi kesenjangan ekonomi di Palestina.

Warga Palestina memilih hewan di pasar hewan kurban di Jalur Gaza, pada Senin (5/8/2019), menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Minggu (11/8/2019).REUTERS / IBRAHEEM ABU MUSTAFA Warga Palestina memilih hewan di pasar hewan kurban di Jalur Gaza, pada Senin (5/8/2019), menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Minggu (11/8/2019).

"Ekonomi digital dapat mengatasi hambatan geografis, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lebih banyak tenaga kerja bagi warga Palestina," terang Shankar.

Di Palestina, mulai banyak bermunculan startup yang didirikan pemuda-pemuda Palestina. Populasi kaum muda yang banyak dan melek internet membuat ekonomi digital cukup berkembang di negara itu.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Resesi

"Namun, warga Palestina harus dapat mengakses sumber daya yang sama dengan tetangga mereka. Mereka juga harus dapat membangun infrastruktur digital sesegera mungkin," ungkap Shankar.

Jaringan internet di Palestina bisa dibilang cukup tertinggal. Saat negara lain mulai mengembangkan spektrum 5G, wilayah Tepi Barat masih didominasi jaringan 3G, bahkan 2G di Gaza. Sementara akses layanan 4G banyak didapatkan di wilayah yang berdekatan dengan Israel.

Nelayan Palestina bernama Mouad Abu Zeid (kanan) dan rekan-rekannya membawa perahu yang terbuat dari 700 botol plastik kosong di sebuah pantai di Rafah di Jalur Gaza selatan, Selasa (14/8/2018). (AFP/Said Khatib) Nelayan Palestina bernama Mouad Abu Zeid (kanan) dan rekan-rekannya membawa perahu yang terbuat dari 700 botol plastik kosong di sebuah pantai di Rafah di Jalur Gaza selatan, Selasa (14/8/2018). (AFP/Said Khatib)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com