Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emas Kian Mahal, Harganya Bisa Naik Lagi?

Kompas.com - 29/07/2020, 12:28 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peningkatan harga emas diperkirakan masih akan berlanjut. Ini di dorong sejumlah sentimen global yang membuat investor memilih emas sebagai instrumen investasi yang lebih aman (safe haven).

Harga emas berjangka di global pada akhir perdagangan Selasa (29/7/2020) waktu setempat, mencapai rekor tertinggi. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, naik 13,6 dolar AS, atau 0,7 persen menjadi 1.944,6 dollar AS per ons.

Di Indonesia, harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk juga sempat mencapai rekor tertinggi yakni Rp 1.022.000 per gram pada Selasa (28/7/2020). Hari ini, Rabu (29/7/2020), harga emas Antam dipatok Rp 1.013.000 per gram.

Baca juga: Meski Turun, Harga Emas Antam Masih Betah di Atas Rp 1 Juta Per Gram

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, harga emas masih punya potensi untuk naik. Harga emas Antam akan naik jadi Rp 1.070.000 per gram pada pekan pertama Agustus 2020.

Begitu pula dengan harga emas berjangka pada pekan pertama Agustus 2020 yang diperkirakan naik ke level 1.944,6 dollar AS per ons.

"Paket stimulus AS senilai 1 triliun dollar AS kemungkinan diumumkan hari Jumat atau Sabtu, dan baru akan berdampak di perdagangan pada hari Senin atau Selasa di minggu pertama Agustus," jelas Ibrahim kepada Kompas.com, Rabu (29/7/2020).

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memang berencana menerbitkan paket stimulus senilai 1 triliun dollar AS untuk meredam dampak virus corona ke perekonomian AS. Pemerintah negara ini melaporkan sudah ada lebih dari 4 juta kasus Covid-19.

Pandemi membuat jumlah pengangguran AS terus meningkat, dan kini parlemen AS tengah menggodok rencana perpanjangan tunjangan pengganguran yang akan berakhir 31 Juli 2020.

"Pada pekan ini Bank Sentral AS (The Fed) juga akan kembali membahas suku bunga, yang bisa saja mempertahankan atau malah menurunkan suku bunga ke negatif," kata dia.

Gejolak ekonomi di AS memang sangat mempengaruhi keputusan investor global memilih instrumen untuk menanamkan dananya. Maklum, AS merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia yakni menyumbang 20 persen dari ekonomi global.

Selain kondisi ekonomi domestik AS, tren kenaikan harga emas juga dipicu persoalan lain yang berkaitan dengan China. Hubungan China dengan AS tengah memanas, keduanya saling menutup konsulat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com