Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Tahu Terpukul Corona, sampai Buang Hasil Produksi

Kompas.com - 05/08/2020, 07:45 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir setengah tahun semenjak mewabahnya pandemi Covid-19 di Indonesia, pukulan hebat masih dirakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM). Banyak UMKM yang harus memutar otak untuk mencari strategi agar bisa bertahan hidup.

Pengusaha pembuatan tahu Rina Mulya Dewi mengakui usaha pabrikannya yang diberi nama Tahu MDR Cibuntu benar-benar merasakan pukulan hebat akibat dari pandemi.

"Biasanya hasil dari pabrikan tahu ini membuat saya untung, tapi kali ini benar-benar merasa buntung semenjak adanya pandemi ini," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).

Baca juga: Erick Thohir Jamin Bahan Baku Vaksin Covid-19 Halal

Ia mengatakan omzetnya turun drastis hingga 50 persen. Apalagi semenjak banyaknya pasar di Kota Bandung yang terpaksa ditutup sejak Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) mulai diterapkan.

Tak hanya itu, Rina bahkan pernah membuang tahu-tahunya lantaran minimnya pembeli. Padahal jumlah bahan baku kedelai untuk produksi tahu sudah dikurangi dari porsi biasannya.

Rina mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, ia mengolah 3 kuintal kedelai untuk bahan baku tahu. Namun saat ini, bahan baku tersebut sudah dikurangi hanya 1 kuintal. Sementara itu tahu tidak bisa bertahan lama.

"Kalau sudah 2-3 hari sudah busuk, makanya harus dibuang, ya kayak buang uang kan, ya rugi," ucapnya.

Baca juga: Perkantoran Jadi Klaster Covid-19, Pekerja Diminta Disiplin Patuhi Protokol Kesehatan

Anjloknya omzet membuat Rina harus putar otak membayar gaji para karyawan pabrik tahunya. Ia sampai menjual sisa-sisa atau ampas pengolahan tahunya untuk diolah menjadi makanan sapi.

Hasil penjualan ampas tahu itu pun digunakan Rina untuk gaji para karyawannya.

Sesekali ia mencoba untuk melobi pihak penampung ampas tahu agar mau meminjamkan modal untuk menjalankan usahanya,

"Kadang saya coba lobi pihak penampungnya juga biar mau ngasih pinjaman ke saya atau kadang saya minta bayarannya dengan sistem per tahun, jadi bayaran ampasnya bukan per hari tapi per tahun, setahunnya bisa dihargai Rp 50 juta ampasnya, biaya itu yang saya olah untuk modal dan bayar para pegawai saya," kata dia.

Baca juga: [POPULER MONEY] Harta Kekayaan Puan Maharani | Harga Emas Antam Catat Rekor Lagi

Meski kesulitan keuangan, Rina mengaku tidak merumahkan karyawan. Hanya saja, bayaran atau gaji karyawan harus dipotong.

Kini, saat pasar-pasar di Kota Bandung sudah mulai dibuka, Rina mengatakan penjualan tahunya mulai ramai.

Tak hanya memanfaatkan penjualan dari pasar, dia juga mengatakan pihaknya memanfaatkan pemesanan online agar omzetnya bisa kembali meningkat.

"Cara ini (berjualan online) benar-benar membantu saya sih, lambat laun beberapa bulan belakangan ini mulai membaik memang, semoga saja pandemi ini cepat selesai biar teman-teman lainnya juga bisa bangkit usahanya," pungkasnya.

Baca juga: Bisnis Minim Modal, Apa Itu Dropship?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com