JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II-2020 minus 5,32 persen.
Anjloknya realisasi penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi menjadi salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1999.
Berdasarkan data BPS, realisasi investasi sejak April hingga Juni 2020, terkontraksi hingga 8,61 persen.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,8 Persen, Apa Dampaknya ke Sektor Migas?
Rendahnya realisasi investasi juga dirasakan pada sektor minyak dan gas bumi (migas) nasional.
Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial, mengatakan, hingga kuartal II l-2020, realisasi investasi migas baru mencapai 5,6 miliar dollar AS atau baru 39 persen dari target sepanjang tahun ini, yakni 14,5 miliar dollar AS.
Dengan rincian, investasi hulu migas sebesar 4,84 miliar dollar AS dan hilir 712,2 juta dollar AS.
"Memang masih jauh sekali, baru sepertiganya," kata dia, dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).
Rendahnya realisasi investasi migas utamanya diakibatkan sempat anjloknya harga minyak dunia pada Maret lalu. Harga minyak dunia sempat terseok pada rentang belasan dollar AS per barel, bahkan sempat minus.
Baca juga: Menhub: Kemacetan di Perkotaan Hambat Pertumbuhan Ekonomi
Imbasnya, para kontraktor migas dunia memutuskan untuk memangkas investasi mereka, termasuk di Indonesia.
"Sebagai ilustrasi yang kita hadapi ini sangat berpengaruh bukan hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia dan ini perusahaan-perusahaan besar dunia seperti kita ketahui melakukan pemotongan capital expenditure range-nya kira-kira hampir 30 persen, tidak berbeda jauh dengan negara kita," tuturnya.
Meski begitu, saat ini harga minyak dunia mulai merangkak naik. Hal tersebut terefleksikan dengan harga minyak pada Mei, yakni sekitar 26 dollar AS per barrel, Juni 36 dollar AS per barrel, bulan lalu berhasil merangkak ke level 40 dollar AS per barrel.
Dari sisi penerimaan migas, penerimaannya baru 74 persen dari target Rp 56,41 triliun. Target sepanjang tahun itu merupakan revisi APBN 2020 yang dikurangi karena dihantam virus corona.
Baca juga: Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2020 Jadi Pertaruhan
Ego mengatakan, meski per kuartal II-2020 ekonomi Indonesia minus, berdasarkan laporan pemerintah pada Juli dan bulan ini roda ekonomi sudah mulai bangkit.
"Nah ini tentunya didorong tekad kementerian tingggi," ucap dia.