Direktur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan hal serupa. Piter bilang, kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi dalam pada kuartal II-2020, bukan berarti sudah memasuki resesi. Sebab, resesi terjadi jika pertumbuhan ekonomi negatif pada dua kuartal berturut-turut.
Pada kuartal I-2020, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh positif sebesar 2,97 persen, meski melambat bila dibandingkan kuartal IV-2019 yang tumbuh 4,97 persen.
"Walaupun mengalami pertumbuhan minus pada kuartal II-2020, tetapi kita secara formal belum disebut resesi. Definisi resesi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal berturut-turut," ungkap Direktur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2020).
Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Raden Pardede berujar, proyeksi angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV hingga tahun 2021 akan lebih sulit dilakukan, mengingat ketidakpastian yang masih tinggi di belahan dunia manapun.
"Faktor ketidakpastiannya tinggi sekali, kita sulit sekali memastikan proyeksi. Kita lihat IMF, World Bank, OECD, dan lembaga pemeringkat lainnya merevisi kebawah terus menerus. Saya katakan sulit membuat proyeksi tahun depan, bahkan kuartal III dan IV," kata Raden dalam konferensi video, Rabu (5/8/2020).
Sri Mulyani beberapa kali menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2020 berpotensi kembali terkontraksi. Oleh karenanya berbagai langkah dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) terus dipersiapkan untuk mengantisipasi resesi.
"Probabilitas (pertumbuhan ekonomi) negatif masih ada, karena penurunan sektor tidak bisa secara cepat pulih," jelas wanita yang akrab disapa Ani ini.
Masih ada harapan ekonomi tumbuh di kuartal III 2020 dengan adanya beberapa indikator pada Juni 2020 mengalami perbaikan, meski masih jauh dari kondisi normal.
Indikator yang mengalami perbaikan, antara lain transportasi udara internasional tumbuh 54,70 persen dibanding Mei 2020, transportasi udara domestik meningkat 791,38 persen, angkutan kereta api penumpang 69,40 persen, angkutan laut penumpang 134,10 persen, dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) meningkat 5,25 poin.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir mengatakan, ada 5 leading sectors yang mengalami perbaikan sejak Juni 2020.
Perbaikan-perbaikan ini diharapkan mampu membalikkan ekonomi ke zona positif pada kuartal III 2020, yang berujung selamat dari jeratan resesi.
Pada Juni 2020, PMI manufaktur Indonesia membaik jadi 46,9 dibanding Maret 2020 sebesar 27,5.
Penjualan kendaraan bermotor membaik sekitar -54,6 persen dari sebelumnya -82,3 persen, pertumbuhan penjualan ritel meningkat jadi 14,4 persen dari -20,6 persen pada Maret.
Begitupun Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 77,8 pada Mei menjadi 83,3 pada Juni 2020.
Tak hanya itu, inflasi ini mulai merangkak naik dari 0,02 persen pada Juni 2020 menjadi 0,16 persen pada Juli, yang notabene-nya telah memasuki kuartal III 2020.
Berikutnya, beberapa emiten masih berkinerja baik di kuartal II 2020 dengan menunjukkan pertumbuhan laba yang positif. Permintaan ekspor non migas seperti bahan mineral, lemak, CPO, minyak hewan nabati, kembali positif usai China recovery di kuartal II 2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.