Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makin Santer, Apa Sebetulnya Resesi Itu?

Kompas.com - 06/08/2020, 11:08 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI terkontraksi -5,32 persen di kuartal II 2020.

Pertumbuhan ekonomi yang negatif ini membuat RI masuk masa-masa jelang resesi, utamanya bila pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 kembali terkontraksi.

Bahkan beberapa pihak beranggapan, Indonesia sudah masuk fase resesi karena pertumbuhan secara kuartal ke kuartal telah negatif 2 kuartal berturut-turut.

Kalimat resesi ini akhirnya mengisi pendengaran kita sehari-hari. Lantas, apa itu resesi?

Baca juga: Apa Saja yang Terjadi Saat Resesi Ekonomi Indonesia Tahun 1998?

Mengutip publikasi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Kamis (6/8/2020), tidak ada definisi resmi tentang resesi. Tapi ada pengakuan umum istilah resesi mengacu pada periode penurunan aktifitas ekonomi.

Periode penurunan yang sangat singkat tidak dianggap sebagai resesi. Sebagian besar analis mendefinisikan resesi sebagai pertumbuhan ekonomi negatif berturut-turut selama dua kuartal atau lebih.

Di AS, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) menggunakan definisi yang lebih luas dan mempertimbangkan sejumlah ukuran aktifitas untuk menentukan suatu negara terjadi resesi atau tidak.

Komite Penanggalan Siklus Bisnis NBER mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh komponen, berlangsung lebih dari beberapa bulan. Biasanya penurunan terlihat dalam produksi, pekerjaan, pendapatan riil, dan indikator lainnya.

Meskipun ekonomi dapat menunjukkan tanda-tanda pelemahan berbulan-bulan sebelum resesi dimulai, proses untuk menentukan apakah suatu negara benar-benar berada dalam resesi seringkali membutuhkan waktu.

Misalnya, perlu waktu satu tahun bagi komite NBER untuk mengumumkan awal dan akhir dari resesi AS. Proses pengambilan keputusan melibatkan penurunan yang luas dalam kegiatan ekonomi selama periode waktu yang lama, setelah mengumpulkan dan memilah-milah banyak variabel.

Mengapa resesi terjadi?

Ada berbagai alasan mengapa resesi bisa terjadi. Salah satunya berkaitan dengan perubahan harga komoditas yang terlalu tajam, yang biasanya digunakan dalam memproduksi barang dan jasa.

Misalnya saja, kenaikan harga minyak yang membuat energi mahal. Saat energi mahal, harga-harga lain akan meningkat secara keseluruhan dan menyebabkan penurunan permintaan.

Resesi juga dapat dipicu oleh keputusan suatu negara untuk mengurangi inflasi dengan menerapkan kebijakan moneter atau fiskal yang kontraktif. Jika digunakan secara berlebihan, kebijakan tersebut dapat menyebabkan penurunan permintaan barang dan jasa, yang pada akhirnya mengakibatkan resesi.

Pemicu lainnya, seperti yang dimulai pada tahun 2007, bersumber dari permasalahan pasar keuangan. Kenaikan tajam dalam harga aset dan ekspansi kredit yang cepat sering kali bertepatan dengan akumulasi utang yang cepat.

Karena perusahaan dan rumah tangga bekerja terlalu keras dan menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban hutangnya, mereka mengurangi investasi dan konsumsi, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com