JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah menargetkan inklusi keuangan bisa mencapai 90 persen di tahun 2024. Namun sejumlah tantangan masih dihadapi baik dari segi edukasi dan sosialisasi yang masih rendah.
Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Horas V.M Tarihoran mengatakan, tingkat literasi keuangan baru 38 persen saat ini, sementara inklusi sudah di angka 76 persen.
“Literasi harus digenjot. Strategi yang digalakkan dengan edukasi dan sosialisasi masyarakat, selain itu produk keuangan harus mudah diakses masyarakat. OJK optimis dapat mencapai target 90 persen literasi keuangan Indonesia di tahun 2024,” kata Horas dalam virtual konferensi, Kamis (6/8/2020).
Baca juga: Ekonomi RI Minus, Pengusaha Minta Pemerintah Gerak Cepat
Horas melanjutkan, di beberapa daerah istilah keuangan saja masih belum bisa dipahami lantaran penguasaan bahasa Indonesia yang masih sulit, sehingga metode pendekatannya harus dengan bahasa sederhana.
Selain itu, tingkat kemalasan membaca juga dinilai menjadi hambatan literasi keuangan bisa bertumbuh. Hal ini tentunya dapat menjerumuskan masyarakat pada berbagai hal yang merugikan seperti investasi bodong, pinjaman abal-abal dan penipuan.
“Kita ramai-ramai tunjukkan yang benar seperti apa. Misalkan minta akses semua kontak, itu kan sudah salah. Literasi keuangan perlu dilakukan dengan memberi pemahaman kepada hal-hal yang mendasar dan basik, sehingga masyarakat benar-benar paham dan mengerti,” jelas Horas.
Baca juga: Ekonom Senior Indef Yakin RI Bakal Masuk Jurang Resesi
Terkait proses edukasi di beberapa daerah, Horas menjelaskan harus menyesuaikan dengan budaya yang ada. Misalkan saja di Jawa, pemanfaatkan seni wayang bisa dilakukan untuk mendorong literasi keuangan, dengan memasukkan unsur edukasi didalamnya. Sementara di Medan unsur literasi dibaurkan dengan opera daerah.
“Kita lagi mencari format untuk literasi keuangan digital. Kami juga sedang mencoba pendekatan digital melalui sosial media,” kata Horas.
Hal senada juga disampaikan oleh Director of Marketing, Communication, and Community Development, Asosiasi Fintech (Aftech), William. Menurut dia titik berat yang harus difokuskan adalah dari sisi edukasi.
Baca juga: Lowongan Kerja BRI, Ini Posisi dan Syaratnya
Walaupun tidak mudah, menjamurnya perusahaan fintech di masa depan dinilai akan mendorong peningkatan inklusi keuangan.
William menambahkan, perkembangan literasi keuangan yang terus berkembang, membuat Aftech melakukan berbagai inisiatif seperti webinar, diskusi dengan media, edukasi melalui berbagai platform termasuk sosial media.
“Kami pun melakukan publikasi untuk hand book ke UMKM dan perorangan serta topik-topik dasar literasi keuangan, bagaimana menjadi konsumen yang lebih bijak,” kata dia.
Baca juga: Lembaga Keuangan AS Surati Luhut, Ingin Investasi di 3 Sektor Ini
Sementara itu, VP of Marketing platform fintech KoinWorks, Frecy Ferry Daswaty mengatakan edukasi masih menjadi tantangan tersendiri saat ini. Misalkan saja kawasan sub-urban yang sangat membutuhkan edukasi lebih mendalam dibangingkan kawasan perkotaan.
Menurut dia, kawasan sub-urban belum secara utuh menerima perkembangan dari produk finansial, minimnya keingintahuan dari masyarakat tentang keuangan, serta bagaimana memanfaatkannya.
“Kami secara aktif melakukan kegiatan edukasi. Tantangannya ada di masyarakat di mana tidak semua orang menerima perubahan keadaan secara cepat dalam melihat perkembangan teknologi,” ucap dia.
Baca juga: Lelang Mobil Murah Sitaan Bea Cukai, Honda Jazz Mulai Rp 38,7 Juta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.