Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pertanian Mau Krisis atau Enggak, Selalu Tumbuh..."

Kompas.com - 07/08/2020, 17:11 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertanian menjadi salah satu sektor yang tumbuh di kuartal II-2020, ketika sebagian besar sektor ekonomi lainnya mengalami kontraksi. Sektor industri, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan kinerjanya anjlok.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang April-Juni 2020 kinerja sektor pertanian tumbuh 2,19 secara tahunan (year on year/yoy). Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 15,46 persen, menjadi terbesar kedua.

Pengamat Pangan dan Pertanian Institute Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurthi mengatakan, ada sejumlah faktor yang bisa membuat kinerja sektor pertanian tetap positif di tengah pelemahan ekonomi.

Baca juga: Mengenal Bedanya Resesi dan Depresi, Lebih Parah Mana?

Pertama, produksi di sektor pertanian masih terus berjalan meski di tengah pandemi. Ini di dorong kasus Covid-19 yang relatif rendah di desa sehingga aktivitas bisa tetap berjalan.

Berbeda dengan perkotaan yang memiliki tingkat kasus Covid-19 yang tinggi, sehingga membuat pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Penutupan operasional perusahaan hingga perdagangan dilakukan.

Alhasil aktivitas ekonomi tersendat, membuat sektor-sektor ekonomi yang berbasis kota terpukul dalam sepanjang kuartal II-2020.

"Di desa serangan covid-nya tidak relatif tinggi, tidak terlalu seperti di kota. Jadi proses produksi pun masih berjalan," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (7/8/2020).

Selain itu, ada pergeseran musim tanam yang mengakibatkan puncak panen padi terjadi pada kuartal kedua, yang biasanya di kuartal pertama. Ini dipengaruhi oleh kondisi iklim.

"Biasanya panen raya di Maret-April kini bergeser jadi April-Mei, kurang lebih mundur satu bulan. Sehingga biasanya perhitungan ada di kuartal pertama, masuk ke kuartal kedua," jelas Bayu.

Pada kuartal II-2020 sendiri, menjadi jadwal panen raya bagi beberapa produk pertanian dari tanaman perkebunan, salah satunya tebu. Hal ini turut menyumbang peningkatan produksi pertanian.

Baca juga: Sri Mulyani: Indonesia Belum Alami Resesi

Sementara itu, harga komoditas sawit juga sedang melonjak saat ini, dipengaruhi tingkat produksi yang masih rendah namun permintaan meningkat. Membuat nilai barang dari produk pertanian sawit jadi naik.

"Harga naik itu menyebabkan nilai produk, yang adalah volume dikalikan harga, menjadi naik. Nah kalau nilai produk itu naik, itu lah yang dicatat sebagai growth (pertumbuhan)," jelas dia.

Faktor lainnya adalah produk pertanian merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Sehingga ketika, ekonomi melemah dan menjadi tidak pasti, masyarakat akan memprioritaskan pengeluarannya untuk kebutuhan pangan.

"Konsumen jadi menunda untuk beli TV, baju, mobil dan sebagainya, maka industri otomotif, elektronik, garmen alami turun, karena konsumen menunda beli barang-barang tahan lama itu. Tapi mereka enggak bisa tunda beli makan. jadi demand (permintaan) untuk pangan masih terus tumbuh," katanya.

Baca juga: Filipina Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Minus 16,5 Persen

Kondisi-kondisi tersebutlah yang membuat sektor pertanian masih tetap terkerek di tengah pelemahan ekonomi, sementara sektor lainnya anjlok. Bayu menyebut kondisi ini bersifat natural.

"Kalau menurut saya kondisi ini bukan by design, memang natural saja. Pertanian mau krisis atau enggak, selalu tumbuh. Kinerja ini tentu sangat bermakna (bagi perekonomian), tapi ini karena natural saja," pungkasnya.

Sebagai perbandingan, BPS mencatat pertumbuhan sektor industri minus 6,19 persen secara tahunan di kuartal II-2020. Padahal sektor ini memiliki porsi tertinggi terhadap PDB yakni 19,87 persen.

Pertumbuhan sektor perdagangan juga tercatat minus 7,57 persen. Begitupula dengan sektor konstruksi yang minus 5,39 persen dan sektor pertambangan dengan minus 2,72 pesen.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Minus 5,32 Persen, Terendah Sejak 1999

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com