Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutama Karya Pakai PMN Rp 11 Triliun untuk Selesaikan Tol di Sumatera

Kompas.com - 10/08/2020, 16:21 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Hutama Karya (Persero) menyebut Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2020 dengan total Rp 11 triliun digunakan untuk perkuat ekonomi Sumatra melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).

Executive Vice President Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Muhammad Fauzan, perusahaan menggunakan dana suntikan APBN tersebut untuk menyelesaikan penugasan pembangunan Tol Trans Sumatera.

“Kami memegang teguh amanah dan kepercayaan yang diberikan pemerintah Indonesia kepada Hutama Karya. Melalui PMN dengan total Rp11 Triliun di tahun 2020 ini, kami gunakan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan JTTS demi memajukan ekonomi Indonesia,” ujar Fauzan dalam keterangannya, Senin (10/8/2020).

Sebagai informasi, PMN yang diperoleh sejumlah BUMN akan digunakan untuk mendukung program Penyertaan Ekonomi Nasional (PEN) Pemerintah Indonesia.

Baca juga: Pemerintah Masih Punya Utang Rp 1,88 Triliun ke Hutama Karya

Ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2020 yang memiliki tujuan sebagai respon atas penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi khususnya sektor informal atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Proyek pembangunan Tol Trans Sumatera oleh Hutama Karya ini merupakan penugasan pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 117 Tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dalam rangka pengembangan kawasan di Pulau Sumatra.

Perlu diketahui, sesuai dengan rencana induk (Masterplan) Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), pembangunan di Indonesia tidak lepas dari posisinya yang berada dalam dinamika regional dan global.

Secara geografis, Indonesia terletak di Kawasan Timur Asia (termasuk Asia Tenggara) yang merupakan jantung pertumbuhan ekonomi dunia.

Baca juga: Dapat Suntikan Rp 7,5 Triliun, Hutama Karya Akan Bangun 2 Ruas Tol di Trans-Sumatera

Indonesia menjadi negara dengan luas kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam terkaya, salah satunya berada di Pulau Sumatra.

“Sumatra menjadi sentra produksi dari pengolahan hasil bumi dan juga lumbung energi nasional. Kegiatan perekonomian utama Sumatra saat ini berfokus pada kelapa sawit, karet, batu bara, perkapalan dan besi baja," kata Fauzan.

"Tersambungnya JTTS nanti mulai dari Lampung hingga Banda Aceh kami harapkan dapat memfasilitasi pengolahan potensi sumber daya, sehingga Sumatra dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pengembangan kegiatan ekonomi utama juga memerlukan konektivitas (infrasruktur),” kata Fauzan lagi.

Baca juga: Jadi Dirut Hutama Karya, Ini Janji Budi Harto

Fauzan menyampaikan bahwa konektivitas di Sumatra perlu didukung agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya bertumpu di Pulau Jawa, namun merata ke berbagai wilayah sehingga keseimbangan kondisi infrastruktur dapat tercapai.

“Hadirnya infrastruktur jalan di Sumatra akan banyak memberikan dampak positif kepada masyarakat serta meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi. Sebagai contoh kelapa sawit, tingkat produksi crude palm oil (CPO) ini sangat bergantung pada waktu tempuh karena kualitas tandan buah segar (TBS) akan menurun dalam 48 jam setelah pemetikan," jelas Fauzan.

"Namun dengan adanya JTTS, waktu tempuh menjadi singkat sehingga mampu meningkatkan kapasitas serta kualitas tak hanya kelapa sawit namun sumber daya alam lainnya," tambah Fauzan.

Baca juga: Bangun Tol Trans-Sumatera, Hutama Karya Baru Bebas dari Suntikan Dana di 2035

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com