SINGAPURA, KOMPAS.com - Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, kembali merevisi perkiraan pertumbuhan ekonominya menjadi -5 hingga -7 persen di tahun 2020.
Angka tersebut direvisi karena data menunjukkan adanya penurunan ekonomi yang tajam pada kuartal II 2020 di tengah pandemi Covid-19. Di proyeksi sebelumnya, pertumbuhan ekonomi berada dalam rentang lebih lebar, yakni antara -4 hingga -7 persen.
"Terlepas dari penyempitan kisaran perkiraan, masih ada ketidakpastian yang signifikan tentang situasi Covid-19, yang mungkin akan berkembang di kuartal mendatang," kata Kementerian terkait mengutip Channel News Asia, Selasa (11/8/2020).
Laporan juga menyebutkan, prospek permintaan eksternal Singapura telah menunjukkan sedikit pelemahan sejak Mei 2020, karena pasar permintaan utama Singapura mengalami gangguan ekonomi yang lebih buruk dari yang diproyeksi.
Baca juga: Singapura Resesi, Ekonomi Kuartal II Minus 42,9 Persen Dibandingkan Sebelumnya
Pasar permintaan ini diperkirakan akan mengalami laju pemulihan yang lebih bertahap pada paruh kedua tahun 2020, mengingat adanya kebutuhan berkelanjutan dan langkah-langkah pembatasan untuk menahan pandemi.
MTI menambahkan, ekonomi global juga mengalami ketidakpastian yang signifikan. Mengingat, gelombang kedua wabah Covid-19 menyebabkan aktifitas masyarakat kembali diperketat.
"Ini bisa mengakibatkan periode perlambatan ekonomi yang lebih tajam dan lebih lama di negara-negara yang mengalaminya," sebut MTI.
Selain itu, pelemahan ekonomi global dapat meningkatkan tekanan pada sistem keuangan, antara lain meningkatnya utang korporasi, dislokasi pasar keuangan, dan arus modal keluar dari negara-negara pasar berkembang.
"Ini pada gilirannya dapat memicu putaran umpan balik negatif dan berpotensi meningkatkan resesi global," sebut MTI.
Sementara itu, terdapat risiko yang timbul dari ketegangan geopolitik dan sentimen anti globalisasi, seperti peningkatan proteksionisme yang dapat mengakibatkan gangguan lebih lanjut terhadap rantai pasokan global.
Pada gilirannya, tentu dapat membebani perdagangan dan pemulihan ekonomi global.
Baca juga: Cara Mengelola Keuangan dengan Aman di Tengah Risiko Resesi
Pembukaan kembali perbatasan internasional
MTI menuturkan, lingkungan ekonomi eksternal yang lemah akibat pandemi akan terus menimbulkan hambatan pada beberapa sektor berorientasi ekspor, seperti transportasi dan penyimpanan, serta perdagangan grosir.
Pembukaan kembali perbatasan internasional diperkirakan akan terjadi secara lebih bertahap dari yang diantisipasi sebelumnya. Mengingat, situasi Covid-19 yang tak kunjung usai di seluruh dunia.
Situasi ini kemungkinan akan membebani prospek sektor-sektor yang bergantung pada pariwisata dan perjalanan udara.
Selain itu, dimulainya kembali aktivitas sektor-sektor yang mengandalkan pekerja asing berjalan lebih lambat dari yang diharapkan. Perusahaan membutuhkan waktu lama untuk memenuhi langkah-langkah protokol Covid-19 di tempat kerja agar benar-benar aman.
Secara khusus, penurunan di sektor konstruksi, teknik kelautan dan lepas pantai jadi diproyeksi akan jatuh lebih dalam.
“Perlambatan yang lebih tajam di sektor-sektor ini akan memiliki efek negatif pada perusahaan di industri pendukung, seperti perusahaan jasa profesional yang menyediakan jasa arsitektur dan teknik untuk proyek konstruksi," pungkas MTI.
Baca juga: Hadapi 112 Dakwaan, Konglomerat Indonesia Kris Wiluan Terancam Penjara di Singapura
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.