JAKARTA, KOMPAS.com - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi ULN RI menjadi sebesar 408,6 miliar dollar AS pada kuartal II 2020.
Angka utang luar negeri tersebut setara dengan Rp 6.047 triliun (kurs Rp 14.800 per dollar AS).
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, ULN tersebut terdiri dari ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar 199,3 miliar dollar AS, dan ULN sektor swasta termasuk BUMN sebesar 209,3 miliar dollar AS.
Baca juga: Naik, Utang Luar Negeri RI Tembus Rp 5.603 Triliun pada April 2020
ULN Indonesia tersebut tumbuh 5 persen secara tahunan atau year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 0,6 persen (yoy).
"Ini disebabkan oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN Pemerintah maupun swasta. Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai ULN berdenominasi rupiah," kata Onny dalam siaran pers, Jumat (14/8/2020).
Onny menjelaskan, ULN Pemerintah mencatat peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Posisi ULN Pemerintah pada kuartal II 2020 tercatat sebesar 196,5 miliar dolar AS atau tumbuh 2,1 persen (yoy), setelah pada kuartal sebelumnya mengalami kontraksi 3,6 persen (yoy).
Baca juga: BI: Kuartal I 2020, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp 5.796 Triliun
Peningkatan ULN Pemerintah terjadi seiring penerbitan Sukuk Global untuk memenuhi target pembiayaan, termasuk satu seri Green Sukuk yang mendukung pembiayaan perubahan iklim.
"Selain itu, arus masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang masih cukup tinggi mengindikasikan persepsi yang positif terhadap pengelolaan kebijakan makroekonomi dalam memitigasi dampak pandemi Covid-19," jelasnya.
Dia menyebut, ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas.
Belanja prioritas itu mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (23,5 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,4 persen), sektor jasa pendidikan (16,3 persen), sektor jasa keuangan dan asuransi (12,4 persen), serta sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (11,7 persen).
Sama seperti ULN pemerintah, ULN swasta juga meningkat. ULN swasta pada akhir kuartal II 2020 tumbuh 8,2 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,7 persen (yoy).
Perkembangan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan, sedangkan ULN lembaga keuangan tercatat kontraksi.
Pada akhir kuartal II 2020, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan terakselerasi dari 7,0 persen (yoy) menjadi 11,4 persen (yoy).
Sedangkan ULN lembaga keuangan terkontraksi 1,7 persen (yoy), lebih rendah dari kontraksi 2,4 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Baca juga: Penanganan Pandemi, BI Serap Surat Utang Pemerintah Rp 82,1 Triliun
"Beberapa sektor dengan pangsa ULN terbesar, yakni mencapai 77,3 persen dari total ULN swasta, adalah sektor jasa keuangan, dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan," ungkap Onny.
Kendati meningkat, kata Onny, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal ini didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir kuartal II 2020 sebesar 37,3 persen, meningkat dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 34,5 persen.
"Meskipun meningkat, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 89,0 persen dari total ULN," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.